My Wish (2)

275 44 3
                                    

Hari ini Suga kembali menemui Yoona. Mereka sudah berjanji akan bertemu di taman yang letaknya tak jauh dari kedai milik orang tua gadis itu. Namun, Suga terdiam saat netranya menangkap sosok cantik itu duduk tenang, menunggunya.

Seharusnya, hari ini Suga melakukan tugasnya. Seharusnya, hari ini Suga menemui Yoona untuk menghabisi nyawanya. Seharusnya, Suga melepaskan tembakannya ke arah Yoona.

Tapi, semua itu tidak Suga lakukan. Ia tahu dirinya adalah sosok yang kejam. Ia adalah pembunuh berdarah dingin. Ia bukan seseorang yang dengan mudah berbelas kasih pada orang lain.

Namun, semua itu tak berlaku pada saat Suga berhadapan dengan Yoona. Suga tak bisa melakukannya. Bahkan untuk mengambil pelatuknya saja Suga tak sanggup. Lebih dari itu, Suga akan memilih untuk menembak dirinya sendiri.

"Yoon-Gi!"

Sapaan riang itu membuat Suga tersadar. Dan saat menatap ke depan, sosok Yoona terlihat begitu indah di matanya.

"Aku mencintaimu."

Yoona tersenyum mendengar kalimat itu dari Suga. Meski tak terselip nada romantis, tapi Yoona yakin kalau Suga sangat serius mengatakannya. Kemudian gadis itu terkejut tatkala tiba-tiba saja Suga memeluknya dengan sangat erat.

Mereka berdua tak tahu bahwa ada seseorang yang mengintai dari jarak yang agak jauh. Orang itu membawa senapan angin. Wajahnya tertutup oleh masker hitam yang dikenakannya. Sosok itu tampak sangat misterius.

Perlahan, Yoona membalas pelukan Suga. Senyuman indahnya mengembang. Lalu saat Yoona melihat ada seseorang yang mengarahkan tembakan, kedua matanya membulat sempurna. Entah siapa yang menjadi target penembakan orang itu. Hanya saja, Yoona langsung mengambil sikap dengan cara mendorong tubuh Suga menjauh darinya ketika orang itu sudah melepaskan tembakannya.

Semuanya terjadi begitu cepat. Yoona terjatuh tepat setelah peluru terlepas dan mengenai dada kanannya. Suga langsung menghampiri Yoona yang sudah bersimbah darah. Ia terus menggumamkan nama Yoona. Dengan cepat pula ia menghubungi ambulans untuk membawa Yoona ke rumah sakit.

"Kumohon, tetaplah hidup." Suga lalu menggendong Yoona meninggalkan taman itu saat mendengar suara mobil ambulans mendekat. "Aku mencintaimu."

Rasa bersalah itu menyeruak dalam diri Suga. Melihat Yoona yang terkulai lemah dengan berlumuran darah membuatnya menjadi sedih.

.

***

.

Suga menggenggam erat tangan Yoona. Berharap agar gadis itu cepat bangun. Beberapa waktu yang lalu dokter mengatakan bahwa peluru di dada kanan Yoona sudah diambil. Hanya saja, kondisi Yoona kritis. Ia kini dalam keadaan koma. Dan saat itulah rasa bersalah semakin menyelimuti hati Suga.

Beberapa orang tampak memasuki ruang rawat tersebut. Mereka adalah anggota kepolisian dari pusat yang khusus menangani kasus kriminal. Salah seorang di antara mereka menepuk pundak Suga, membawa lelaki itu kembali ke alam nyata.

"Kami adalah polisi." Lelaki tampan bertubuh tegap itu menatap Suga serius. "Kami butuh kesaksianmu atas kasus penembakan ini."

"Apa kau pikir aku tahu siapa pelaku penembakan itu?" desis Suga tajam tanpa melihat ke arah sang polisi.

Jihoo, polisi tampan yang memakai pakaian kasual itu menatap Suga dengan pandangan menusuk. "Mungkin saja kau tahu." Ia lalu mengulas seringai tipis. "Bukankah kau adalah anggota mafia?”

Suga langsung menoleh ke arah Jihoo. Tatapannya terlihat menyelidik. "Siapa kau?"

"Sudah kubilang kalau aku ini adalah polisi." Jihoo berujar dengan malas. "Katakan siapa yang menginginkan nyawa gadis itu pada kami. Dan kami akan memberikan penangguhan penahanan."

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang