Ending Our Story

496 78 8
                                    

Suara mobil polisi dan ambulans itu terdengar begitu jelas. Orang-orang berkerumun di sebuah rumah besar berbentuk klasik. Beberapa petugas kepolisian menghadang warga yang ingin masuk ke dalam rumah tersebut demi melihat secara langsung korban dan pelaku pembunuhan secara tragis itu.

Sekitar lima orang polisi segera memasang garis polisi di depan rumah tersebut agar tidak ada seorang pun masuk ke dalamnya selain orang yang bersangkutan pada peristiwa mengerikan tersebut.

Bocah cilik berusia tujuh tahun tampak duduk meringkuk di sudut ruang tamu. Tangisannya pecah tanpa suara. Di depan mata kepalanya sendiri ia melihat kematian kedua orang tuanya di tangan seorang pria yang seusia dengan ayahnya.

Seorang perempuan cantik berseragam polisi duduk berjongkok di depan bocah itu. Ia mengulas senyumannya. Yoona, polisi cantik itu menenangkan bocah tersebut.

"Ayo, ikut denganku. Jangan takut, aku takkan menyakitimu." Yoona mengusap punggung bocah itu dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

.

***

.

Tubuh Yoona bersandar pada ambang pintu kamar di mana bocah cilik sedang terbaring lemas. Dokter mengatakan jika bocah itu mengalami tekanan batin yang luar biasa. Tentu saja, pasti tidak mudah bagi gadis itu menyaksikan sendiri bagaimana orang tuanya mati.

Yoona dapat merasakan penderitaan itu. Sebab ia juga pernah merasakannya. Lima belas tahun yang lalu ia melihat kedua orang tuanya meninggal di depan matanya. Bahkan hingga kini kejadian menyakitkan itu masih jelas dalam ingatan Yoona meski sudah lama berlalu.

"Kau teringat masa lalumu?"

Pertanyaan Victoria membuat Yoona tersadar. Segera ia menegakkan kembali tubuhnya. Namun, tak ada niatan baginya menjawab pertanyaan Victoria. Hingga akhirnya Yoona pamit untuk membasuh wajahnya terlebih dahulu.

Victoria memandang punggung Yoona. Gadis itu berjalan pelan. "Kalau ada waktu luang, datanglah ke kantor polisi devisi penyelidikan. Sulli menghubungiku kalau sudah ada titik terang mengenai siapa pelaku penembakan orang tuamu lima belas tahun yang lalu."

Seketika tubuh Yoona menegang.

.

***

.

"Sepertinya kasusmu yang baru sangat berat, ya?"

Jungkook memberikan secangkir coklat panas pada Yoona sebelum lelaki itu duduk di samping gadis Im tersebut. Tangannya terangkat, mengusap rambut Yoona. Salah satu usahanya untuk menenangkan Yoona.

"Ya," ujar Yoona sambil menganggukkan kepalanya, "begitulah.

 
  

Sulli tampak tenang saat Yoona masuk ke dalam ruangan khusus para divisi penyelidikan dengan gusar. "Victoria eonnie sudah mengatakannya, ya?" tanya Sulli tanpa terselip nada bercanda.

"Jadi..." Yoona menatap Sulli dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca, "apa bukti baru yang kalian dapatkan?"
 
 
  

Menarik nafas panjang dan mengembuskannya secara perlahan. Entah mengapa Yoona ingin sekali menangis sekarang ini. Padahal ia sudah berjanji jika tangisan terakhirnya adalah pada saat upacara pemakaman kedua orang tuanya.

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang