Something About...

261 30 1
                                    

“Aku menyukaimu,” ungkap tiga pemuda tampan yang kini sedang menikmati makan siangnya bersama Yoona.

“Huh?” Yoona merasa ada yang salah dengan pendengarannya.

Sesaat suasana di antara mereka berempat menjadi hening.

Lalu tawa Yoona pecah. Gadis itu tertawa terbahak-bahak. Membuat tiga pemuda yang bersamanya merasa heran. “Ada yang lucu?”

“Oh, apakah ini lelucon? Aku merasa tidak sedang berulang tahun, kenapa kalian mengerjaiku begini?” Menahan tawanya agar sedikit mereda. Tapi detik berikutnya Yoona kembali tertawa lebar.

Menyadari bahwa tiga sahabat baiknya itu menatapnya tak mengerti, Yoona berusaha untuk berhenti tertawa. Gadis itu berdeham pelan, menatap ketiga pemuda tampan tersebut bergantian. “Kalian bertiga, pemuda yang sangat populer di kampus ini. Dan kalian menyukaiku?” Yoona kembali ingin tertawa mendengar kalimatnya sendiri. “Ayolah, apa yang kalian sukai dariku, huh?”

“Semuanya!”

“Kalian tahu kalau aku sangat cuek dan jutek. Tingkahku serampangan. Aku bahkan jauh dari kata feminim. Aku lebih menyukai basket daripada tarian. Aku sangat menyukai celana jeans daripada gaun. Kalian tidak salah menyukaiku? Kupikir kepala kalian baru terbentur benda tumpul,” kata Yoona yang mengabaikan raut wajah ketiga pemuda itu. Ia sama sekali tak mempedulikan mereka.

“Jika kalian benar-benar menyukaiku, kalian pasti sudah gila,” Yoona masih mengejek ketiga sahabatnya dengan tawanya. “Kau, Byun Baekhyun. Kau vokalis band paling popular di kampus ini. Mahasiswi di sini sangat mengagumimu.” Tatapan Yoona mengarah pada Baekhyun, sebelum memperhatikan Kyungsoo. “Kau, Do Kyungsoo. Kau pelukis paling tenar di kampus ini. Kau begitu menawan di mata para perempuan.” Kemudian fokus Yoona berada pada Lay. “Dan kau, Zhang Yixing aka Lay. Kau kapten futsal paling terkenal di kampus ini. Kau bisa menunjuk mahasiswi pilihanmu untuk menjadi kekasihmu.”

Yoona menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi kayu yang didudukinya. Memberikan senyuman lebar kepada tiga sahabatnya itu. “Kalian semua nyaris sempurna, tanpa celah, dan aku pikir adalah mustahil jika kalian menyukaiku,” Terkikik pelan, kemudian Yoona meneguk habis jus alpukatnya. “Sudahlah, apapun yang kalian katakan hari ini aku takkan memasukkannya dalam hati. Aku akan menganggap semua ini candaan. Oke?” Beranjak dari tampat duduknya, gadis itu mengambil jaket dan ponselnya. “Aku pulang dulu, ya? Sampai jumpa.” Yoona melambaikan tangannya sebelum berlalu pergi.

Tiga pemuda tampan itu saling berpandangan satu sama lain. Detik berikutnya mereka saling memalingkan wajah. Mendecih sebal. “Jadi kita terlibat cinta segi empat, eh?” Ketiganya menghembuskan nafas dengan kasar. Oh, benar-benar sulit dipercaya.

Mereka bertiga sudah bersahabat sejak kecil. Di SMP, mereka mengenal Yoona. Gadis itu menjadi bagaian dari persahabatan mereka. Sampai di tingkat semester akhir di perguruan tinggi, ketiganya menyatakan perasaannya pada Yoona. Yang sebenarnya cukup mengejutkan masing-masing. Dan pada akhirnya, Yoona hanya menganggap mereka bertiga hanya bergurau.

Baekhyun, Kyungsoo, dan Lay. Mereka sama-sama merasakan detakan yang begitu kuat di jantung mereka saat bersama Yoona, melihat senyuman Yoona dan berada dekat di samping Yoona. Debaran dahsyat itu sudah mulai mereka rasakan saat SMA di tingkat dua.

Mereka bertiga tak bodoh untuk menyadari perasaan apa yang mereka rasakan terhadap Yoona. Cinta. Ya, memang apa lagi?

Tapi ketiganya memutuskan untuk memendamnya. Menyembunyikannya dari sahabat mereka sendiri. Hingga akhirnya semuanya seperti bom waktu. Selama beberapa tahun memendam perasaan lebih dari sekadar sahabat, mereka pun mengungkapkan perasaan terhadap Yoona secara langsung. Ketiganya sama-sama terkejut dengan pernyataan yang terlontar secara bersamaan tersebut.

Detakan jantung yang bergerak cepat yang sempat mereka rasakan perlahan mulai melambat. Ingin sekali mereka menelan kembali kata-kata itu. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur terucap. Mungkin, mereka harus rela jika pada akhirnya Yoona memilih satu di antara mereka bertiga.

Namun, yang terjadi justru di luar isi kepala mereka. Yoona menganggap pernyataan mereka secara tak sengaja terlontar hampir bersamaan itu sebagai candaan.

What the?

Yoona benar-benar tak terduga. Jauh dari ekspektasi mereka. Intuisi mereka tak mampu sejalan dengan kenyataan yang terdapat dalam diri Yoona. Dan itulah salah satu hal lain yang membuat mereka mencintainya.

.

***

.

Sampai di pekarangan rumah, ada sebuah mobil mewah warna hitam terparkir di sana. Yoona sempat mengamati mobil itu. Menerka-nerka siapa pemilik mobil tersebut. “Eh, Kakak?” Sedikit terkejut melihat sosok pemuda tampan menghampirinya. Ialah Seungho, kakak kandung Yoona. “Ada apa?” Yoona dapat menangkap raut wajah tegang Seungho.

“Masuklah,” ujar Seungho. Ia menggandeng tangan adiknya untuk masuk ke dalam rumah. Ada tamu penting yang sedang menunggu kedatangan adiknya.

“Oh, Yoona. Kau sudah pulang?” Seorang wanita dan pria paruh baya tersenyum lebar ke arah Yoona.

Yoona membungkuk singkat dan tersenyum canggung. Pasangan suami istri yang sedang duduk bersama ayah dan ibunya itu, Yoona sama sekali tak mengenalnya. Mencoba untuk mengingat, tapi Yoona tetap tidak mampu. “Ada apa ini?” Merasa ada sesuatu hal yang sangat penting. Sebab kini seluruh perhatian mengarah pada Yoona. Dan Yoona mengalihkan perhatiannya pada sang kakak yang masih berdiri di sampingnya. “Kak?”

“Kami selaku orang tua Jonghyun, ingin melamarmu. Menjadi bagian dari keluarga kami, keluarga Hong.”

Pernyataan singkat itu mengejutkan Yoona. Saat pandangannya terpaku pada sosok pemuda tampan yang duduk di samping ibunya tersebut, saat itu pula Yoona merasakan debaran yang begitu kuat. Sangat dahsyat. Pemuda itu tersenyum memandangnya. Seketika itu juga Yoona lupa akan caranya bernafas dan berkedip.

Tersadar, Yoona menunduk. Memikirkan tentang apa yang sebenarnya terjadi hari ini. Mengapa terasa begitu aneh? Sebenarnya ini hari apa? Sungguh, Yoona berpikir jika hari ini semua orang saling mengerjai satu sama lain.

Tadi, beberapa puluh menit yang lalu, ketiga sahabat baik Yoona dengan kekompakan yang sialan, menyatakan perasaan suka terhadapnya. Lalu sekarang, pasangan suami-istri paruh baya datang melamarnya untuk anak sulung mereka.

Apakah Yoona sedang bermimpi? Tapi mengapa terasa begitu nyata?

Yoona menyentuh dada kirinya. Merasakan detakan yang tak biasa. Debaran dahsyat apa ini?

.

.

.

-THE END-

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang