If

374 57 15
                                    

Taeyong berdiri tepat di depan kelas Yoona yang masih tertutup. Hari ini seperti biasa, mahasiswa semester pertama itu akan mengajak gadis pujaannya pualng bersama. Ia tak peduli meski gadis itu sudah selesai kuliah S1 dan sedang menempuh S2 untuk gelar masternya.

“Oh, Taeyong,” sapa Yoona dengan senyuman lebarnya. Ia melambaikan tangannya pada lelaki tampan yang menjadi idaman para perempuan itu.

“Mau langsung pulang atau jalan-jalan dulu?” tanya Taeyong yang kini berjalan di samping Yoona.

“Kau mau mengajakku jalan-jalan?”

“Kalau kau mau,”

“Bagaimana kalau ke Lotte World?”

“Hm, tak masalah.”

Kedua mahasiswa populer itu berjalan berdampingan dengan membicarakan hal-hal ringan. Mereka tampak akrab satu sama lain. Dan seperti pasangan kekasih yang begitu serasi.

Yoona tahu banyak mahasiswi yang iri padanya. Lihatlah, setiap kali ia berjalan di samping Taeyong, mata mereka hampir tidak berkedip sama sekali. Beruntung saja Yoona cukup punya ‘nama’ di kampus mereka, karena jika tidak, sudah dapat dipastikan jika Yoona kan habis dilabrak oleh jajaran mahasiswi yang menjadi pengagum Taeyong garis keras.

“Mereka memperhatikan kita,” lirih Yoona.

“Biarkan saja,” kata Taeyong tak acuh. Kini ia malah merangkul pundak Yoona. Memasang tampang yang membuat banyak mahasiswi menggigit bibir bawah mereka karena ketampanan yang dimilikinya begitu luar biasa.

Banyak yang beranggapan jika mereka pasangan kekasih. Well, dengan keakraban mereka dan tingkah yang begitu romantis, dapat dikatakan jika mereka adalah pasnagan kekasih, bukan? Kendati semua mahasiswa Universitas Seoul tahu kalau Taeyong lebih muda dari Yoona. Namun, Taeyong selalu menunjukkan cintanya yang begitu dalam pada perempuan cuek itu.

Sementara itu Taeyong juga tak peduli banyaknya orang yang mencibir dan mengatainya aneh karena menyukai perempuan yang lebih tua darinya. Bagi Taeyong, mereka hanya iri. Para lelaki yang sering mengejeknya itu sebetulnya juga mengagumi sosok Yoona dan sering kali mencuri kesempatan untuk menekatinya. Tapi selalu saja berakhir dengan kegagalan karena sikap Yoona yang terlalu cuek dan tak acuh pada lelaki.

Awalnya rasa kesal diabaikan perempuan cuek yang sok cantik bernama Im Yoona itu memang dirasakan oleh Taeyong. Akan tetapi, karena cinta Taeyong pada Yoona begitu dalam, lelaki itu tak menyerah untuk mendekati Yoona.

Taeyong berhasil mendekati Yoona. Ya, itu memang benar. Dan Taeyong merasa sangat senang karena hal itu. Ia juga bisa membuktikan satu hal kepada para lelaki yang telah meremehkannya dan mengatainya akan bernasib sama seperti yang lain. Bahwa dia, Lee Taeyong bisa menjadi satu-satunya lelaki yang berhubungan dekat dengan Yoona.

.

***

.

Puas menaiki wahana favorit mereka, Yoona dan Taeyong duduk di salah satu kursi panjang berbahan kayu. Mereka hari ini kembali menghabiskan waktu bersama. Suatu hal yang memang sudah sering mereka lakukan.

Perhatian Taeyong tertuju pada penjual permen kapas. Ia beranjak pergi ke sana setelah menyuruh Yoona tetap duduk dan menunggunya hingga kembali.

Tak lama kemudian, Taeyong kembali menghampiri Yoona dengan sebuah permen kapas di tangannya. Ia duduk di samping Yoona dan emmberikan permen kapas tersebut. Yoona menerimanya dengan senyuman lebar.

Yoona mengambil permen kapas itu dengan jarinya dan menyuapkannya ke mulut Taeyong. Taeyong tersenyum menerima perlakuan manis Yoona itu. Keduanya kini seperti sedang berkencan sungguhan, ya?

Perempuan Im itu menikmati permen kapas yang ada di tangannya dengan perasaan senang. Sedikit terkejut saat melihat Taeyong juga memakan permen kapas dari arah depan. Kedua mata Yoona membola.

Taeyong tak acuh dan tetap memakan permen kapas yang ada di tangan Yoona. Bahkan ia menggenggam tangan Yoona agar tidak menjatuhkan permen kapasnya. Detik berikutnya yang ia lihat adalah kedua mata Yoona yang membentuk bulan sabit.

Ah, perempuan itu tengah tersenyum lebar.

“Oh, Yoona. Kau di sini?”

Dua orang itu lansung menjauhkan wajah masing-masing. Dengan tetap tersenyum, Yoona menatap orang itu sangat santai. Seakan tidak terejut sama sekali.

“Oppa,”

Merasa salah tingkah, Yoona kemudian memperkenalkan kedua orang lelaki yang ada di sebelahnya itu. Yoona kemudian berdiri, diikuti oleh Taeyong. “Perkenalkan. Oppa, dia Lee Taeyong.”

Lelaki itu mengulas senyumannya yang terlihat sangat ramah. “Oh, jadi kau yang bernama Lee Taeyong?” tanyanya setelah berjabat tangan dengan Taeyong. “Yoona sering bercerita tentangmu padaku.”

“Benarkah?” tanya Taeyong seakan tak percaya. Ia ingin tersenyum, tapi sulit sekali rasanya.

“Hm,” lelaki itu mengangguk, “Yoona sangat menyayangimu, kau tahu? Kau sudah dianggapnya seperti adik sendiri. Aku senang kau menjadi bagian dari hidup Yoona.”

“Oppa,” ujar Yoona yang wajahnya bersemu merah. Mengundang tawa renyah lelaki itu.

“Emm, Taeyong,” panggil lelaki itu sambil mengusap tengkuknya, “aku boleh pinjam kakakmu sebentar, ‘kan?”

Dengan berat hati Taeyong mengangguk. “Silakan.” Dan adalah kesalahan bagi Taeyong yang membiarkan Yoona pergi bersama lelaki itu.

Taeyong tahu sapa lelaki yang kini tengah menggandeng tangan Yoona begitu eratnya. Dialah lelaki yang menjadi kekasih Yoona selama hampir satu tahun ini. Mereka terlihat romantis meski terlibat hubungan jarak jauh.

Berjalan dengan bergandengan tangan, dan kini Yoona tampak menyandarkan kepalanya di pundak lelaki bertubuh tinggi tegap itu sambil memakan permen kapasnya.

“Andai saja kau belum memiliki kekasih. Pasti akulah yang sedang bersamamu saat ini, bukan lelaki itu.”

Ya, seandainya saja.

.

.

.

-THE END-

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang