Para pegawai E-Cho Konstruksi saat ini sedang sibuk mempersiapkan rapat pemegang saham yang akan diadakan beberapa jam lagi. Yang terlihat paling sibuk tentu saja sang CEO, Park Chanyeol. Pria yang tahun ini menginjak usia tiga puluh tiga tahun itu terlihat lelah dan sama sekali tak menunjukkan kewibawaannya.
Hey, dia semalam lembur memeriksa apa yang kiranya akan dibicarakan ketika rapat. Bahkan saat pukul satu dini hari ia masih berkutat dengan pekerjaannya. Memeriksa ulang laporan tentang kerjasama baru dan kontrak kerja E-Cho Konstruksi bersama beberapa perusahaan lain. Chanyeol tidak sadar kalau ia tertidur di meja kantornya yang penuh dengan berkas-berkas yang harus ia periksa lagi.
Begitu sinar mentari yang menyilaukan masuk ke celah-celah jendela ruangannya, baru ia sadari kalau dirinya telah terlelap. Dan di sofa? Sejak kapan Chanyeol berada di tempat ini? Seharusnya ia masih duduk di kursi kerjanya dan menumpukan kepalanya di meja.
Perhatian pria itu mengarah pada sosok yang berdiri memunggunginya. Wanita itu memakai kemeja warna hijau tua dan rok ketat pendek di atas lutut berwarna putih gading. Sepatu hak setinggi tujuh sentimeter menghiasi kaki jenjangnya.
Dalam hati pria itu berpikir, apa yang dilakukan wanita itu di kantornya sepagi ini?
Sontak kedua mata Chanyeol membulat sempurna. Ia segera beranjak dari sofa dan menghampiri wanita yang sedang membersihkan meja kerjanya itu. "Oh, Tuhan!" pekiknya. Dia memijit pelipisnya kala melihat mejanya sudah rapi dan bersih. Tidak ada satu pun berkas yang berceceran. Tatapan tajam kemudian ia layangkan pada wanita yang berdiri tak jauh darinya. "Apa yang kau lakukan?!"
Wanita itu mengangkat sebelah alisnya. Merasa aneh dengan sikap dan pertanyaan atasannya. Beberapa detik ia terdiam melihat pria yang berstatus sebagai CEO di E-Cho Konstruksi itu berpenampilan sangat kacau. Rambut yang acak-acakan. Kemeja lusuh yang banyak lipatan di sana sini. Dasi yang sudah terlepas dan tidak tahu entah di mana. Tiga kancing kemejanya pun terbuka, memperlihatkan kaos dalam warna putih. Serta lengan kemeja yang sudah tidak karuan bentuknya. Mengedipkan matanya, wanita itu kembali memfokuskan dirinya.
"Saya sedang merapikan meja kerja Anda," ujar wanita itu tenang.
Chanyeol mendengus kasar. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan katakan pada wanita yang sudah menjadi sekretarisnya selama kurang lebih enam tahun tersebut. Mengusap wajah beberapa kali, pria itu menggeram tertahan.
"Apa tak kau tahu seberapa pentingnya berkas-berkas yang menumpuk di mejaku, hah?! Kenapa kau merapikannya tanpa minta izin dariku?"
Sikap Chanyeol aneh sekali. Seharusnya pria itu berterima kasih padanya karena telah membersihkan meja kerjanya. Yang tadinya sangat berantakan, kini menjadi rapi dan bersih. Lagi, bukankah itu wajar? Mengingat wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu adalah sekretaris pribadinya.
Ah, mungkin karena pria itu baru bangun dari tidurnya jadi belum bisa berpikir jernih.
Well, memang apa hubungannya?
"CEO, sebaiknya Anda membersihkan diri dulu. Saya sudah menyiapkan pakaian bersih yang bisa Anda kenakan untuk rapat hari ini."
"Jam berapa ini?"
"Jam enam lewat lima puluh dua menit."
"Oh, syukurlah baru jam enam pagi," desah sang CEO lega. Tapi detik berikutnya matanya membulat sempurna. "Apa?!"
Si sekretaris cantik yang sedang memeluk beberapa map untuk bahan rapat hari ini menatap Chanyeol yang masih meracau. Sungguh sulit dipercaya, atasannya yang begitu berwibawa dan berkharisma bisa berubah sikap ketika baru bangun tidur. Lucu sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
• Short Story •
FanfictionKumpulan cerita singkat yoona x boys. Setiap bagian memuat cerita yang berbeda-beda dan tidak ada kesinambungan sama sekali. . . . . . Mohon maaf bila ada kesamaan judul, cast, dan alur. Semua itu adalah ketidaksengajaan. Yang pasti, semua ff yang...