Up To You

407 62 2
                                    

“Seperti yang sudah kau ketahui sepuluh tahun yang lalu, Im Yoona.”

Seorang gadis berpakaian resmi menatap ayahnya tanpa ekspresi yang berarti. Meski tampak tenang, tapi hatinya sedang gelisah. Oh, ia tahu benar apa yang akan dikatakan oleh ayahnya. Jelas sekali ia masih ingat apa yang dimaksud oleh pria paruh baya yang berprofesi sebagai pengusaha itu.

“Tahun ini keluarga Park akan melamarmu.”

Pria itu berkata dengan amat sangat santai. Seakan anak gadisnya tidak akan tersakiti. Seolah anak gadisnya tidak akan melakukan penolakan.

“Aku tidak ingin menikah secepatnya, Ayah.”

Walau berat mengatakan hal itu, tapi Yoona tetap melakukannya. Entahlah, berbicara mengenai pernikahan membuat Yoona merasa sangat...

“Cepat atau lambat kau akan tetap menikah.”

...menyebalkan.

Yoona membuang muka. Enggan menatap sang ayah yang tengah mengisap rokoknya. Sebenarnya ia ingin berteriak memaki ayahnya yang selalu memaksa kehendaknya itu. Akan tetapi, Yoona cukup sadar diri. Sebagai anak yang berbakti, ia tidak boleh melakukannya.

“Ayah akan memberikanmu waktu untuk berpikir. Rasanya satu minggu adalah waktu yang cukup,” ujar pria itu yang kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya sambil memberikan tatapan sinis penuh intimidasi. “Kau menerima perjodohan itu. Atau melanjutkan kuliah di Swedia.”

Tak ada respon apapun dari Yoona. Gadis itu hanya diam. Dan selama beberapa detik yang berlalu, hanya keheningan yang terjadi.

Hingga Yoona menyadari kalau ia sudah terlambat. Ia menundukkan kepalanya sedikit. Sekadar untuk memberikan hormat pada pria paruh baya itu. Lalu membalikkan badannya dan berjalan ke arah pintu berbahan kayu jati yang tertutup rapat tersebut.

Baru saja Yoona membuka pintu itu dan akan keluar dengan segera dari ruangan yang baginya terasa sangat panas walau AC sedang menyala, suara pria itu menghentikan langkah Yoona.

“Pikirkan itu baik-baik. Jika kau menerima prjodohan itu, kau bisa tetap melanjutkan pekerjaanmu di sini, sesuai dengan apa yang kau harapkan. Atau melanjutkan kuliah di Swedia, menikah dengan lelaki pilihanmu, dan melupakan cita-citamu.”

Kepala Yoona sedikit terangkat. Ia menahan kegeramannya pada sang ayah. Lalu kemudian melanjutkan langkah kakinya dan menutup pintu itu tanpa menatap ayahnya.

Yoona yang kini ekspresinya tampak tak bersahabat menjadi perhatian beberapa karyawan di kantor. Namun, gadis itu tak mempedulikannya. Ia tak bisa lagi menyembunyikan apa yang ia rasakan sekarang ini di depan umum.

“Yoona!”

Seketika langkah kaki Yoona terhenti. Wajahnya sedikit terangkat. Menatap dua sosok yang sejak dua puluh tahun terakhir membuatnya memendam kebencian.

Im Chae-Rin, kakak kandungnya. Dan Im Seo-Hyun, adik kandungnya.

“Aku harus pergi.”

.

***

.

Seorang wanita paruh baya berjalan menghampiri Yoona yang tampak murung. “Masalah baru lagi?” tanyanya dengan suara lembut.

“Aku harus memilih satu di antara dua pilihan. Menerima perjodohan, atau melanjutkan kuliah,” ujar Yoona dengan tatapan kosong.

“Pilihlah mana yang kau yakini adalah pilihan terbaik, Yoona.”

Yoona menatap wanita itu. Lalu menggeleng pelan. “Tidak ada pilihan terbaik yang aku yakini.”

Tiga detik berselang, kedua mata Yoona mulai berkaca-kaca. Ia tetap memandang wanita yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri. Dan saat wanita itu menarik Yoona dalam dekapannya, seketika tangisan Yoona pecah.

.

.

.

-SKIP-

.

.

.

“Bagaimana, Yoona? Apa keputusan yang kau ambil, hm?” tanya Tn. Im menatap anak gadisnya yang berdiri di depannya.

“Aku bersedia menerima perjodohan itu.”

Hanya kalimat itu yang terlontar dari mulut Yoona setelah lima detik terdiam. Gadis itu mengepalkan kedua tangannya yang berada di sisi kiri dan kanan tubuhnya. Sungguh, ia tak bisa lagi berlama-lama berada di tempat itu. Emosinya yang tak terkontrol sepenuhnya akan berimbas buruk.

Maka dari itu Yoona segera pergi. Sama seperti yang ia lakukan seminggu yang lalu. Bedanya, saat mencapai ambang pintu tidak ada suara sang ayah yang menahan langkahnya.

“Jadi, kau benar-benar menerima perjodohan itu?”

Yoona terlonjak. Ia mengangkat wajahnya. Tatapannya berubah tajam. “Ini semua karena kalian berdua.” Yang kemudian melenggang pergi begitu saja.

Chae-Rin menatap sendu adik pertamanya itu. “Mianhae, Yoona.”

“Karena kami, kau harus seperti ini.” Seo-Hyun menitikkan airmatanya.

Kedua wanita yang sama-sama telah menikah itu tahu kebencian yang ada dalam diri Yoona. Wajar jika Yoona membenci mereka. Sebab, keegoisan mereka berdualah yang menyebabkan Yoona seperti itu. Mereka memaksakan diri untuk menikah dengan pilihan mereka sendiri. Tak ada yang mau menerima perjodohan. Hingga akhirnya, Yoona yang harus menerima takdirnya untuk dijodohkan.

.

***

.

“Hai, Yoona.”

Yoona tersentak. Ia menatap lelaki jangkung yang berdiri di depannya itu dengan tatapan tajamnya. Sedangkan lelaki yang tampak sangat tampan dengan setelan jas mahalnya tersebut mengulas senyuman lebar, hingga memperlihatkan lesung pipinya yang indah.

“Sudah kukatakan kau akan berakhir denganku, ‘kan?”

“Seharusnya kau tahu kalau aku terpaksa menerima perjodohan itu,” desis Yoona. “Aku sama sekali tidak menyukaimu, Park.” Ia meninggalkan Chanyeol begitu saja.

Lelaki itu, Park Chanyeol, terkekeh pelan. Dengan gerakan gesitnya, ia berhasil mencekal lengan Yoona sangat kuat. “Apa kau pikir aku peduli?” tanya Chanyeol seraya memberikan tatapan penuh intimidasinya ke arah kedua mata Yoona. “Yang aku pedulikan adalah apapun yang terjadi, kau harus menjadi milik Park Chanyeol.” Cekalannya semakin mengerat. “Jadi, jangan coba-coba untuk lari dariku.”

“Dasar bedebah.”

“Siapa yang peduli dengan itu?” Seringai Chanyeol terlukis. “Satu hal yang harus kau tahu, bulan depan adalah pernikahan kita. Persiapkan dirimu. Dan jangan pernah membuatku melakukan hal kasar terhadapmu.”

“Apa kau pikir aku peduli?” tanya Yoona sinis.

Dengan kasar gadis itu menepis tangan Chanyeol hingga cekalannya terlepas. Kemudian berlalu pergi begitu saja. Tak mengindahkan seruan Chanyeol sama sekali.

.

.

.

-THE END-

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang