Oh, My Baby!

504 63 21
                                    

Special edition, for Yolove13 seksi.

.

.

.

“Kai, hari ini tolong kau jaga Teo, ya?” Suara Seol-Ah terdengar nyaring saat Kai melewati kamarnya. “Aku dan kakakmu ada urusan penting di Busan.”

“Berapa lama?” tanya Kai sambil memainkan ponselnya.

Seol-Ah yang sedang memasangkan baju untuk Teo bergumam pelan, “Ya, mungkin sampai urusan kami di sana selesai.”

“Tenang saja, malam ini kami akan pulang.” Jin-Hyuk menjawab pertanyaan Kai sembari memasang dasinya.

“Teo, Ayah dan Ibu akan pergi. Baik-baiklah bersama pamanmu, ya?” ujar Seol-Ah kalem. Ia menyamakan tingginya dengan Teo yang kini duduk di tepi ranjang.

“Sama Pa-pa.”

Mendengar dua kata yang diucapkan Teo membuat Jin-Hyuk dan Seol-Ah tak bisa menahan tawanya.

Kai mendengus pelan. “Sampai kapan dia akan memanggilku seperti itu terus?” gerutunya.

“Sampai dia mengerti kalau kau adalah pamannya,” jawab Jin-Hyuk dan Seol-Ah hampir bersamaan. “Lagi pula usianya baru tiga tahun, Kai. Mengertilah sedikit.”

“Tapi apa kalian tahu? Karena Teo memanggilku seperti itu, para gadis yang aku dekati jadi kabur semua. Bahkan ada yang menamparku dan mengatakan aku pria mata keranjang.”

“Ya, kalau seperti itu memang sudah nasibmu, Kai.”

“Lagipula kenapa juga kau masih berniat untuk pacaran? Usiamu sudah hampir tiga puluh tahun, sana cari istri!”

“Belum ada yang cocok.”

“Hm, terserahmulah. Yang pasti kau akan menyesal jika menikah di atas usia tiga puluh tahun.”

.

***

.

Bosan berada di dalam rumah, Kai mengajak Teo untuk jalan-jalan. Ini akhir pekan. Akan sangat menyenangkan jika menikmati hari yang cerah ini di luar rumah, bukan?

“Hari ini Teo mau ke mana?” Kai melirik Teo yang tampak menikmati mainannya. Seulas senyum tipis tercipta di wajahnya.

“Ma-ma,” jawab Teo yang masih fokus pada mainan yang ada di tangannya.

Kai menghela nafasnya. “Ah, sudahlah. Sebaiknya kita ke supermarket dulu. Aku akan mengajakmu piknik hari ini. Bagaimana?” Anggukan antusias Teo memperlebar senyuman Kai. Dia mengusap kepala Teo dengan sayang.

Menepikan mobilnya di bahu jalan, lelaki tampan bermarga Kim tersebut melepaskan sabuk pengamannya dan langsung membawa Teo ke dalam gendongannya. Tapi Teo mengatakan kalau ia tidak mau digendong dan ingin jalan sendiri. Kai terkekeh pelan, lalu menurunkan Teo dan menggandeng tangannya.

“Teo ingin beli apa?” tanya Kai kalem.

“Ma-ma,” jawab Teo asal.

Kai mendengus geli. “Aish, sudahlah. Ayo, masuk!”

Selama di dalam supermarket, Kai dan Teo layaknya ayah dan anak yanng memiliki hubungan sangat baik. Mereka terlihat akrab. Mengundang perhatian dari beberapa orang di sana. Apalagi dengan panggilan Teo, membuat siapapun gemas mendengarnya.

“Terima kasih,” kata Teo yang kini duduk di troli belanjaan, “Papa baik.”

Kai meringis pelan. “Jangan Papa. Paman,” Kai meralat ucapan Teo. Lelaki itu sedikit membungkukkan badannya. “Ayo, tirukan. Pa-” 

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang