Unknown

273 56 2
                                    

“Aku sudah memutuskan untuk menerima perjodohan itu.”

Ucapan Yoona disambut baik oleh kedua orang tuanya. Ibu gadis itu langsung memeluk Yoona dengan haru. Sementara sang ayah hanya menepuk puncak kepala Yoona dan memuji anak semata wayangnya itu memilih keputusan yang tepat.

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi di ruangan ayahnya, Yoona segera meninggalkan tempat itu setelah sebelumnya memberi hormat pada orang tuanya yang menatapnya dengan raut wajah bahagia.

Ayah Yoona, Im Si-Jin, adalah seorang letnan jendral tentara angkatan darat. Lalu ibu Yoona, Im Mo-Yeon, adalah seorang dokter yang kini bekerja di rumah sakitnya sendiri. Kedua orang tua Yoona mendidik anaknya dengan kedisiplinan tinggi dan juga tanggung jawab. Jadi, wajar rasanya jika Yoona memiliki sikap keras.

.

***

.

“Aku senang kau menerima perjodohan itu,” ujar seorang pemuda yang berdiri di belakang Yoona. Ia mengulas senyuman lebarnya yang begitu khas.

Yoona membalikkan badannya. Dan mendapati sosok pemuda yang tak asing baginya berjalan menghampirinya. “Seharusnya kau tahu kalau aku menerima perjodohan itu karena pangkatmu yang lebih tinggi dariku.” Kembali Yoona berkutat dengan kegiatannya mengemasi barang-barangnya ke dalam tas.

“Apa kau pikir aku peduli akan hal itu, eh, Kapten Kim Taehyung?”

Pemuda tampan yang juga merupakan sorang tentara berpangkat kapten itu melipat tangannya di depan dada. Berdiri di samping Yoona. Sembari memerhatikan gadis itu yang sedang berkemas.

“Hey, kau mau ke mana?”

“Pergi.”

“Cih, lelucon murahan,”

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangan Yoona. Ia memberikan hormat pada dua orang yang ada di dalam ruangan itu.

“Ada apa?” tanya Yoona yang merasa ada sesuatu yang sedang terjadi.

Penjelasan tentara berpangakat sersan dua itu membuat tubuh Yoona menegang seketika. Tak terkecuali Taehyung yang juga terkejut mendengarnya. Melihat tak ada respon apa-apa dari Yoona, Taehyung langsung memberi perintah kepada sersan dua tersebut untuk bersiap pergi ke Lebanon sepuluh menit dari sekarang.

“Aku ingin bertaruh denganmu,” ujar Taehyung sambil menatap serius ke arah Yoona. Dan seperti yang diinginkannya, gadis itu menatapnya. “Jika kita selamat dan berhasil kembali ke Seoul, kau harus bersedia menikah denganku.” Pemuda itu menegakkan tubuhnya. Menghadap gadis yang sangat ia cintai. Lalu menarik kalung berbandul identitasnya dari lehernya. Mengulurkannya di depan Yoona.

Gadis Im itu tampak terpaku melihat apa yang dilakukan oleh Taehyung. Sejenak terdiam. Ia lalu menatap pemuda tersebut dengan tatapan penuh keyakinan. “Baiklah.” Yang kemudian juga ikut melepaskan kalungnya.

.

***

.

Apa yang terjadi di perbatasan salah satu kota terpencil di Lebanon itu ternyata jauh lebih buruk dari apa yang dipikirkan oleh Taehyung. Secara membabi-buta musuh memberikan serangan-serangan yang sudah pasti tidak bisa dilawan.

Pasukan yang dikirim tentara Korea Selatan untuk membantu juga belum sepadan. Dan sebagai seorang kapten, Taehyung berkewajiban untuk mengatur siasat untuk melawan musuh. Salah satunya adalah dengan cara bernegosiasi.

Tentu saja hal itu langsung ditentang oleh Yoona. Musuh yang melakukan serangan bertubi-tibi, bagaimana bisa diajak bernegosiasi? Jangan gila! Yoona tidak setuju dan memilih untuk melawan dengan meluncurkan serangan balasan terhadap musuh.

Taehyung mendengus. Ia sudah tahu Yoona akan menolak mentah-mentah usulannya. Tapi, hey! Taehyung tahu apa yang membuat musuh menyerang perbatasan itu.

Malam ini juga Taehyung berniat untuk datang ke perbatasan. Di mana para musuh berada di sana. Yoona mencegah Taehyung untuk melakukan itu, tapi percuma saja. Taehyung tidak mau mendengarnya.

Satu setengah jam sejak sepeninggal Taehyung, Yoona tampak gelisah. Hingga ia tak bisa berdiam diri lagi dan memutuskan untuk menyusul lelaki itu.

.

***

.

Taehyung menatap orang-orang yang mengangkat dan mengarahkan mulut senjata api mereka padanya. Tak ada ketakutan sama sekali dari raut wajahnya. Ia melakukan apa yang sudah dipikirkannya dengan matang.

“Apa yang kau berikan jika aku berhenti menyerang kota itu?”

“Apa yang kau inginkan?”

“Kau tahu, keuntungan jika aku mendapatkan kota itu sangat banyak. Hm?”

“Berapa yang kau inginkan?”

“Dua kali lipat dari yang seharusnya aku miliki.”

Kota yang musuh itu inginkan adalah kota terpencil yang bahkan keberadaannya tidak diakui oleh negaranya sendiri. Letaknya sangat strategis, sehingga sangat menguntungkan bagi musuh yang merupakan penguasa negara tetangga.

Akan tetapi, di kota itu banyak situs dan bangunan bersejarah. Jika dipertahankan dan dimasukkan dalam daftar situs warisan dunia UNESCO, pasti kota itu akan diakui. Dan penduduknya akan hidup terjamin.

“Kenapa kau sangat menginginkan kota itu untuk tetap menjadi bagian dari Lebanon, Kapten?” Pria itu tersenyum lebar. Sedikit memberikan kode pada anak buahnya untuk menurunkan senjatanya. “Kau bahkan tidak memiliki darah Lebanon sama sekali. Dan satu lagi, seharusnya negara itu sendiri yang menyelamatkan wilayahnya. Bukan orang lain sepertimu.”

“Aku akan memberikanmu berapapun yang kau inginkan, asalkan kau melepaskan kota itu.”

“Baiklah.”

“Jangan lakukan!” sentak Yoona yang kini berjalan menghampiri Taehyung seorang diri. “Dia hanya akan membodohi kita.”

“Yoona?”

“Dia akan menerima uang untuk menebus kota itu, dan kemudian kita akan dideportasi dari wilayah ini. Permainan siasat yang begitu mengagumkan.”

Sejenak semuanya terdiam. Lalu pria yang merupakan pimpinan musuh itu bertepuk tangan dan tertawa. “Ah, aku tahu. Kau Im Yoon-Ah, bukan? Anak dari Letnan Jendral Im Si-Jin dan dokter Im Mo-Yeon.”

Yoona menyerang seorang lelaki yang hampir saja memukulnya dari belakang. Taehyung yang mengetahui hal itu memukul semua orang bersenjata tersebut hingga jatuh. Kini kedua tentara itu berdiri saling memunggungi satu sama lain. Mereka mengeluarkan senjata yang tersimpan di saku celana mereka.

Tidak mudah bagi Yoona dan Taehyung melawan mereka. Apalagi perlengkapan keduanya hanya seadanya saja. “Now!” teriaknya yang kemudian anak buahnya yang sedari tadi bersembunyi mulai melakukan penyerangan.

Pertempuran dimulai.

Taehyung membulatkan matanya saat peluru menembus tubuh Yoona. Kedua tangannya terkepal melihat gadisnya jatuh tersungkur. Melihat kelengahan pelaku penembak Yoona, Taehyung melepaskan tembakannya dan tepat mengenai sasaran. Taehyung langsung menghampiri Yoona yang tampak lemah. Ia bahkan tidak sanggup membendung airmatanya.

“Aku mohon bertahanlah, Yoona.”

Suara tembakan itu terdengar jelas. Peluru dari pemimpin musuh menembus tubuh Taehyung yang sedang memangku kepala Yoona.

Pasukan tentara di bawah pimpinan Taehyung langsung bergerak beringas dengan melakukan penyerangan terhadap musuh. Mereka tidak terima jika pimpinan mereka diperlakukan seperti itu.

Baku tembak yang terjadi di antara dua kubu itu berlangsung sengit. Beberapa dari mereka ada yang gugur dan lainnya mendapatkan luka berat.

Sersan dua yang masih bertahan itu menghampiri Taehyung dan Yoona yang sudah tak bernyawa. Ia menunduk dan menangis tersedu-sedu.

“Kota itu pasti akan diakui negaranya.  Itu sumpahku.”

.

.

.

-THE END-

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang