Barusan saja saya membaca bahwa anak kandung jokowi dikriminalisasi dengan tuduhan menyebarkan hate speech alias ujaran kebencian. Sepintas saya tidak setuju dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan kaesang adalah sebuah ujaran kebencian. Tapi lantas saya berpikir lebih dalam lagi dan pendapat saya begini.
Mungkin Kaesang tidak membenci orang orang desa yang hidupnya bersahaja. Tetapi Kaesang jengah alias keki ketika orang orang Indonesia tidak punya pikiran maju. Berapa banyak penduduk Indonesia yang berharap bahwa negara dapat menyokong dirinya seumur hidup? Banyak. Dan berapa banyak orang pula yang harus berkorban untuk antre untuk mendapatkan sembako gratis ketika ada kesempatan bagi bagi sembako? Penduduk Indonesia lebih memilih untuk menerima sembako gratis daripada pendidikan layak dengan biaya terjangkau. Nyatanya saja, saya yakin kartu Indonesia Pintar atau dulunya bernama Kartu Jakarta Pintar disalahgunakan untuk kebutuhan sehari hari ketimbang digunakan untuk biaya akademik anak anak Indonesia. Kita belum bisa berpikir maju ketika perut kita nomor satu. Itu prinsip ekonomi "ndeso" yang mungkin dibenci oleh Kaesang.
Saya lantas berimajinasi menjadi seorang Kaesang. Seorang putra presiden, terkenal dan dicintai rakyatnya. Ingat rakyatnya bukan wakilnya. Lantas ia pula menyaksikan bagaimana ayahnya berpikir untuk seluruh penduduk Indonesia yang jumlahnya kian bertambah tiap harinya. Dari sabang hingga Merauke. Dan masih saja ada orang orang "ndeso" yang masih saja mempermasalahkan hal hal remeh temeh macam "apa agamamu?" Ketimbang mempertanyakan "apa kemampuanmu?". Negeri ini semrawut saudara saudara. Mungkin jika bung Hatta dan bung Karno masih menghirup nafas hingga hari ini, beliau berdua mengadakan konferensi pers dan menyerukan "kalian kalian ini adalah generasi ndeso yang pernah ada. Karena ketika negeri lain berdebat bagaimana caranya kita pindah ke bulan, negeri kita masih saja berdebat tentang ucapan selamat natal untuk kaum kristiani" . Benarkah kita "ndeso"? Ataukah sudah menjadi manusia modern yang berpikir untuk memajukan kiri dan kananmu? Atau malah kita masuk ke zaman batu dimana kita masih "berburu" dan "meramu"?