Kata lagu que sera sera, masa depan bukan milik kita untuk dipertanyakan. Dia ada untuk dijadikan sebuah harapan yang tentu saja tidak pasti. Jadi begini, kenapa saya tetiba membahas mengenai masa depan, itu jelas ada hubungannya dengan apa yang terjadi pada diri saya persis sore ini. Dulu saya mengharapkan sebuah pekerjaan di sebuah tempat. Tapi nyatanya hari ini lowongan pekerjaan itu sudah ada di depan mata. Tapi sayangnya, untuk saat ini saya tidak bisa kesana. Ada hal yang harus saya selesaikan terlebih dahulu.
Khawatir tentang masa depan jelas menandakan bahwa iman saya terlampau kerdil. Entah mengapa akhir akhir ini saya mulai kehilangan arah tujuan. Kelamaan nganggur dan tidak ada yang dikerjakan, membuat pikiran saya kemana mana. Lantas beberapa menit kemudian saya memutuskan untuk menceritakan kegelisahan pada pacar saya. Ia memberikan sebuah kalimat yang saya sudah hafal. Tuhan memberikan rencana lain. Iya. Tuhan ingin saya belajar dulu dan fokus dengan apa yang ada sekarang. Mulai dari kuliah Pascasarjana saya yang baru saja, dan usaha usaha yang bernilai ekonomis lainnya. Namun tetap saja, rasa "gelo" masih ada. Jelas. Tapi ya sudahlah. Tuhan ingin saya berkarya dan lebih banyak bersyukur walau sebenarnya susah sekali untuk diwujudkan.
Iman yang kecil dan kerdil mungkin cukup untuk memindahkan gunung. Cukup menghina Tuhannya dengan mengkhawatirkan masa depan.