Suluk

29 0 0
                                    

Entah karena alasan apa, rasa rasanya ingin menulis tentang budaya membaca masyarakat nusantara yang sebenarnya sudah ada sejak berabad abad lampau namun rasa rasanya semakin modern jamannya, manusianya semakin bloon.

Pikiran ini berawal dari sebuah tugas kuliah dimana aku harus membaca sebuah tulisan yang mengkaji mengenai sunan Bonang. Tetapi si bapak dosen memberikan kami kewajiban untuk tidak terjebak ke dalam logika berpikir penulisnya, tapi lebih kepada mengambil jarak dengan penulisnya dan tidak terhanyut ke dalamnya. Lantas pemikiranku yang lain adalah mengenai budaya membaca yang aku kira sudah ada di masyarakat nusantara sejak abad abad awal. Bagaimana suluk yang aku baca sebagai tugas itu sebenarnya menjadi petunjuk bagi diriku sendiri bahwa masyarakat nusantara itu senang membaca dan menulis. Bagaimana hasil tulisan mereka dibaca oleh orang "barat" sebagai tulisan yang mempunyai logika pikirnya sendiri. Di saat orang barat berpikir mengenai "being", masyarakat nusantara sudah membahasakannya. Salah satunya melalui "sing ana ora ana, sing ora ana ana" . Cukup kalimat sederhana itu bisa menjelaskan tentang bagaimana pola pikir masyarakat nusantara yang cukup kompleks untuk ditelaah.

Yang menjadi kegelisahanku adalah jelas jelas mengenai budaya membaca yang amat sangat berkurang. Lambat laun kita semua akan dijajah kembali dengan sukarela. Bagaimana bisa kita dijajah dengab sukarela? Bisa. Kita akan dijajah kembali oleh ideologi ideologi yang berada di sekitar kita. Ideologi konsumerisme, ideologi ekonomistik, ideologi individualis dan masih banyak lagi. Jika kita tidak melatih diri untuk membaca ( hal yang paling dasar adalah membaca buku), lantas kita dengan mudah menyerahkan diri kepada ideologi yang kita baca lantas kita akan "dijajah" dengan mudahnya.

Apa yang digelisahkan disini lebih mengacu pada pola pikir. Dimana orang jaman sekarang sungguh merelakan dirinya sendiri untuk masuk ke dalam ideologi tertentu dan tidak bisa lagi dengan merdeka berpikir. Tidak bisa lagi dengan merdeka berpendapat. Karena saya yakin mereka sudah dibatasi oleh karena ideologi yang menjerat mereka.

Aku rasa adalah langkah yang amat tepat jika kita mulai kembali membaca. Tujuannya bukan lagi mendapatkan informasi sebanyak mungkin, tapi lebih kepada mengenali pola pikir lantas menentukan posisi dimana kita akan berdiri. Berada bersama dengan si penulis, ataukah berada di luar penulis? Lantas dengan cara inilah, kita menjadi manusia yang semakin merdeka, tidak lagi terbelenggu dengan pola pola pikir yang menurutku justru akan menutup kreativitas diri kita sendiri. Tabik!

Otak serong KananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang