Seringkali aku membayangkan betapa sulitnya bagi kita untuk memahami orang lain. Jujur saja kita semua layak memberikan standing applause bagi Sang Pencipta. Pikiran dan sudut pandang yang berbeda beda tiap orang dan orang lainnya menjadikan kehidupan ini full color. Beneran hidup.
Tapi bagaimanapun juga, ada beberapa orang di luar sana juga yang bosan akan keadaan yang penuh warna. Paradoks. Alias sudut pandang yang tak pernah sama satu dan lainnya. Alias apa yang terlihat tidak mesti apa yang terjadi senyatanya. Masih ada pula orang orang yang berusaha membuat hidup yang full color tadi menjadi monokrom alias hitam dan putih. Mereka adalah beberapa orang yang menganggap bahwa hidup ini hanya ada kata iya dan tidak. Mungkin dalam hidupnya hanya menanyakan yes no questions tanpa pernah mengenal 5w1h questions. Bisa kalian bayangkan betapa membosankannya hidup ini jika dirimu memang hanya terdiri dua pilihan. Ya dan tidak. Hitam dan putih. Aku dan kamu. Dan tidak akan adal lagi kata ganti orang ketiga. Yang ada hanya aku kamu. Kami dan kalian. Tidak ada mereka.
Mengerikan sekali jika pikiran dua pilihan dan monokrom ini sebenarnya sudah merambah dunia pendidikan kita. Pelan dan pasti. Mereka tidak dimungkinkan lagi untuk berdialog, berpendapat. Yang mereka harus lakukan adalah menjawab pertanyaan ya dan tidak tanpa diketahui kapan siapa dimana mengapa bagaimana dan apa. Lantas mari kita pertanyakan diri kita sendiri. Kita masuk golongan orang yang mana? Orang monochrome atau full color?