Ketika diriku sendiri ingin berbagi sedikit cerita hari ini, banyak hal yang harusnya aku tertawakan di penghujung hari. Salah satunya adalah ketika aku bercerita dengan salah satu romo yang dulu menjadi formator ketika aku "mampir" di pesantren Mertoyudan. Yang menarik adalah bagaimana romo itu justru mendorong saya untuk menjadi kaya. Entah alasan apa yang ia berikan kepada saya mengenai saran itu, tetapi yang jelas, aku terhenyak ketika mendengarkan saran dari orang yang aku kira bijak pada awalnya. Bukankah ia pula yang mendongengkan tentang kisah para suci yang tidak memikirkan melulu tentang kehidupan ekonomi? Oke, mungkin aku salah menangkap dari apa yang ia bicarakan.
Lantas apa benar jika masalah kemanusiaan yang harusnya diangkat oleh gereja, hanya menjadi masalah yang diwacanakan oleh beberapa bagian kecil dari gereja itu sendiri( para imam, uskup dan paus)? Bukankah justru gerak dan daya gereja justru berada di akar rumputnya?
Ah mungkin beliau hanya menyarankan supaya aku jadi orang kaya, lantas aku dermakan semua kekayaanku pada dirinya ups maksudku gereja. Dan ia tidak mengharapkan lagi ada "kisah janda miskin" yang lain yang harus terjadi.