Aku cuma heran bagaimana bisa masyarakat sekarang benar benar sudah menjadi masyarakat yang sangat praktis. Ini terlihat dalam pola pola hubungan sosial yang tercipta dimana lambat laun orang tidak perlu repot untuk bertemu orang yang lebih banyak lagi. Misalnya, orang tidak usah perlu repot menawar di pasar karena sekarang sudah hadir transaksi online yang menurut hemat saya akan menjadi perkembangan luar biasa pesat dalam 5-10 tahun mendatang. Orang tidak perlu lagi tahu dan berbasa basi untuk membeli barang. Bahkan mereka tidak perlu beranjak dari rumahnya. Mereka cukup menunggu dan duduk manis di rumah. Dunia maya akan melayani mereka.
Lantas saya berpikir apa implikasi dari pola pikir praktis semacam ini? Saya harus mengakui sebagai orang yang lahir dan besar di tahun 90'an saya bukan orang yang sangat suka kepraktisan. Masa kecil saya sungguh mengajarkan bagaimana saya harus berjuang untuk mendapatkan sesuatu. Maklum, jaman segitu ekonomi memang masih ambruk pasca reformasi yang semrawut.
Hubungan sosial di masa depan (atau sudah dimulai sekarang) adalah hubungan yang minim basa basi. Sudah semakin praktis dan menghilangkan banyak kaidah yang sebelumnya kita pakai. Malahan, sekarang sebuah minimarket ternama memakai basa basi ini sebagai slogan mereka dan menanamkan dalam benak kita bahwa basa basi itu adalah bagian dari investasi bukan merupakan cerminan hubungan sosial yang niscaya. Ini dapat dilihat kembali bagaimana sebuah keluarga masa kini hilang komunikasinya ditelan smartphone. Ayah dengan smartphone nya sedang ngobrol dalam sebuah grup kerja dan ibu akan ngobrol dalam grup whatsappnya tentang grup arisan. Dan anaknya cuma nyengoh karena ia tak tahu harus berbicara apa menghadapi kenyataan bahwa kehadiran fisik sudah tidak berarti di era digital ini.
Lambat laun segala aspek akan mengurangi makna kehadiran fisik. Beberapa hari yang lalu saya pun membaca mengenai dunia perbankan yang mulai mengurangi jumlah karyawan karena pergeseran mereka yang mulai condong ke arah transaksi elektronik yang jelas jelas mengurangi keterlibatan manusia disana. Lantas lambat laun pula muncul peran artifisial intelejensi yang jika saya membayangkan akan benar benar mengancam eksistensi manusia karena segalanya sudah diganti dengan teknologi.
Hal yang perlu diseimbangkan sebenarnya adalah bagaimana kita bisa menghargai pertemuan secara fisik. Saya yakin, di tahun ini masih ada kesempatan bagi kita sendiri untuk menikmati peran manusia secara fisik. Bagaimana seharusnya ayah dan ibu tidak memegang Smartphone ketika mereka sedang menikmati family time. Dan bagaimana pula ini sudah selayaknya dimulai dari skala kecil yaitu di dalam sebuah keluarga. Atau akankah kita sudah merasa sudah berada di rumah jika kita terlibat aktif dalam grup whatsapp keluarga? Bukan pada setiap perjumpaan dengan anggotanya?
Pilihan ada di tangan kita.