Copa America, Messi dan Brasil

4 0 0
                                    

Sebagai seorang fans garis keras timnas brasil, saya sangat gembira dengan kemenangan brasil 3-1 atas peru di final piala copa america. Setidaknya penantian saya untuk melihat brasil angkat trofi lagi berakhir hari ini dan semoga besok ketika putaran piala dunia dimulai, brasil bisa bermain lebih baik lagi.

Namun dari copa america ini, ada hal yang menarik untuk dilihat lebih dalam lagi. Messi, kembali gagal untuk sekian kalinya dalam putaran copa america bersama argentina. Pernyataannya setelah pertandingan perebutan juara ketiga cukup kontroversial. Ia menyatakan bahwa gelaran copa america ini adalah sebuah konspirasi untuk brasil. Ia dengan tegas menolak untuk ikut dalam pembagian medali setelah timnasnya menang atas chili. Saya setuju dengan Messi. Gelaran copa america ini memang untuk brasil karena lihatlah bagaimana Coutinho lebih on fire berada di lapangan. Ia bermain jauh lebih menusuk daripada ketika ia bermain untuk barcelona. Lalu lihat juga si anak emas Gabriel Jesus yang mulai tersingkir di Manchester City, tapi ia bermain fantastis kali ini. Belum lagi kiper Alisson Becker yang menangkap bola hasil dari tendangan bebas Messi. Gelaran Copa America kali ini memang untuk brasil.

Brasil adalah sepakbola. Tanpa sepakbola, masyarakat brasil kembali terngiang dengan masalah sosial, korupsi dan carut marut politik negaranya. Brasil juga bukan negara yang mapan ekonominya. Sepakbolalah yang menyelamatkan mereka. Ingat bagaimana hampir seluruh legenda sepakbola brasil berasal dari keluarga kelas bawah. Mulai dari pele, Ronaldo, Ronaldinho, hingga Gabriel Jesus. Maka dari itu, ketika Brasil dibantai 7-1 oleh Jerman pada final piala dunia 2014, itu adalah momen paling menyakitkan bagi Brasil. Karena persis ketika itulah, mereka tidak lagi menjadi dominasi sepakbola dunia. Bahkan mereka ikut terseret dalam permainan sepakbola yang pragmatis. Baru setelahnya, tite dengan perlahan memberikan sentuhan joga bonito lagi.

Menanggapi pernyataan Messi, maka memang benar Copa America kali ini adalah obat bagi penawar rasa sakit masyarakat Brasil setelah negaranya hampir kolaps karena menyelenggarakan piala dunia 2014. Apalagi mereka tersingkir dan dipermalukan. Bagi saya, permainan Argentina justru jauh lebih baik tanpa Messi. Nyatanya, Dybala sangat memberikan nyawa di lapangan ketimbang Messi. Mungkin sudah saatnya, Messi memang harus pensiun (lagi) dan tidak pernah kembali ke timnas sebagai pemain.

Otak serong KananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang