Muak

17 0 0
                                    

Ada imaji yang muncul ketika mendengar tentang sekolah. Yang jelas dengan seketika muncul adalah anak-anak membaca buku dan melipat meja di tangan atau anak-anak sedang mendengarkan penjelasan dari guru. Secara gamblang, saya harus mengatakan saya muak dengan imaji seperti ini. Karena buat saya, sekolah seharusnya tempat mereka bereksplorasi, bereksperimen, berdiskusi dan bersosialisasi dengan cara apapun. Ya nampaknya ada imaji yang sengaja diatur sesuai dengan rezim yang berkuasa. Ketika orde baru berkuasa, maka imaji sekolah adalah imaji yang disiplin teratur dan terkendali. Lantas setelah era reformasi, sekolah dibongkar habis dengan slogan-slogan bahwa sekolah harus kreatif dan menyenangkan. Walau pada kenyataannya, hampir tidak ada yang berubah di sekolah. Murid ya masih saja mendengarkan gurunya berbicara hingga jam pelajaran habis. Namun imaji tentang sekolah yang bebas semakin berkembang dan mengakar. Ini juga membuat saya muak. Kenapa pula imaji kita harus diatur oleh rezim? Kita dengan sok canggih mendeklarasikan bahwa diri kita adalah A,B atau C? Padahal diri kita sendiri terkadang juga AB?

Yang saya herankan adalah semua orang takut untuk jadi ambigu. Yang disiplin takut untuk kreatif karena nanti dicap sebagai pembangkang, dan yang kreatif takut untuk disiplin karena nanti dicap sebagai otoriter. Bukankah yang ambigu yang menyenangkan? Bukankah yang setengah-setengah, yang justru menggugah selera? Dan sekarang politik kita pun juga sok canggih menolak ambigu dengan deklarasi loyalitasnya. Ya sudah.

Yogyakarta,19 oktober 2018

Otak serong KananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang