Sehabis membaca bahan kuliah buat besok, lantas ada sebersit pikiran yang muncul di kepalaku. Daripada ide dan gagasan yang terbakar ini habis dilalap waktu, maka aku tuliskan semua disini. Semoga berguna.
Membaca mengenai studi religi di kancah internasional membuatku terperangah sekaligus malu. Terperangah karena para peneliti dan akademisi begitu canggihnya dalam berpikir dan mencari sudut pandang yang baru bagaimana melihat agama itu sendiri. Agama dilihat dalam banyak sudut pandang sekaligus dijadikan objek yang selalu bergerak. Tapi di sisi lain sekaligus malu, karena di negara segagah Indonesia, kajian tentang religi belum begitu menjadi perhatian masyarakat.
Siapa bilang bahwa agama hanya melulu mengenai urusan kita dan Tuhan? Justru anggapan bahwa agama adalah urusan pribadi masing masing adalah pernyataan yang gampang digugurkan ketika melihat kenyataan yang ada. Nyatanya agama masih menjadi motor dalam masyarakat manapun. Entah di barat ataupun di timur. Negara sebesar Amerika serikat pun masih bergantung pada agama yang tentunya memiliki pemahaman tersendiri bagi mereka. Di Indonesia pun agama masih menjadi potensi penyebab kerusuhan nomor satu, karena agama di Indonesia adalah pedoman dan patokan bagi cara pandang dan cara hidup masyarakat. Jika ada perbedaan cara pandang pun, dan pembaharuan dalam memandang dari sisi keagamaan, menjadi sebuah hajat bagi orang banyak. Mau tidak mau kita hidup di dalam masyarakat yang menjunjung tinggi ritual dan upacara.
Lantas kadang akupun berpikir mengenai studi yang sedang ditempuh. Mengenai kegunaan yang mungkin akan bertabrakan dengan orang orang yang berpikir bahwa studi agama akan merusak "kesucian" dari agama tersebut. Bahwa ketika agama dibawa ke ranah akademis, sama dengan penistaan terhadap masyarakat. Maka dari itu aku mulai bertanya kepada diriku sendiri mengenai seberapa besar nyali yang kupunya untuk menghadapi orang orang yang punya pikiran sangat amat linear dari sisi keagamaan?
Yogyakarta, awal September 2017