Peternakan.

39.2K 2K 19
                                    




"Ma ... kita mau mana?"

Ari bertanya untuk kesepuluh kalinya pada Rani, anak itu merasa penasaran karena mama dan papanya juga sudah berdandan seperti dirinya. Biasanya, jika sudah berdandan rapih seperti ini, pasti dia akan dijak pergi.

"Kan, kita mau ke ulang tahunnya Tata," sahut Rani sambil merapihkan rambut Ari menggunakan minyak rambut khusus anak-anak.

"Bawa kado? Papa juga ikut?"

"Iya," jawab Rani.

"Papa jangan diajak, Ma."

"Kenapa?" sahut Dhika yang sedari tadi duduk memperhatikan Ari yang sedang didandani oleh Rani merasa tidak terima.

"Papa kan nakal ya, Ma?"

"Iya/enak aja," sahut Dhika dan Rani bersamaan.

Ari merengut. "Ayam-ayamnya dimasukin dalam tanah sama Papa." Dia mengungkit lagi masalah anak ayam yang dikuburkan Dhika beberapa hari lalu.

"Kan, ayamnya mati, Sayang," ujar Rani. "Jadi harus dikubur. Kalau nggak, nanti bau. Kaya Abang kalau nggak mandi." Rani menjepit hidungnya dengan jari sambil membaui Ari. Seolah anak itu benar-benar bau.

"Bau kaya papa ya, Ma?"

Rani tergelak sementara Dhika berdecak keras.  Dhika merasa sepertinya Ari masih menyimpan dendam padanya karena sudah menguburkan anak ayam Ari yang mati tanpa memberi tahu terlebih dahulu pada anaknya itu.

"Ya sudah, nanti Papa beliin anak ayam yang baru." Dhika mengalah pada akhirnya.

"Beli yang walna melah lagi?" tanya Ari antusias. saking antusiasnya dia sampai turun dari kursi rias mamanya hanya untuk mengahampiri Dhika.

"Iya." Dhika tersenyum lebar. Sampai membuat lesung pipinya nampak semakin dalam.

"Sama anak bebek juga?"

"Iya."

"Anak kelinci?"

"Iya."

"Anak domba?"

"Iya."

"Anak sapi?"

Dhika mendengus. "Sekalian aja kamu nyuruh Papa buka peternakan."

"Anak kuda juga?"

Dhika langsung mengangkat tubuh Ari kepangkuannya sambil menggelitiki anak itu sampai tawa nyaring terdengar memenuhi kamar bernuansa cream itu.








17.09.26

Baby boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang