Bolak-Balik.

32.3K 1.6K 44
                                    


"Assalamualaikum."

Dhika yang sedang menikmati kopi di ruang keluarga langsung menghentikan kegiatannya itu. Dari luar rumahnya dia mendengar suara anak kecil nan imut-imut mengucap salam.

"Waalaikumsalam."

Mata Dhika sedikit terbelalak melihat tamu yang datang ke rumahnya ternyata gadis kecil yang tinggal di seberang rumahnya.

Dhika tersenyum, melihat Hana datang sepagi ini. Sementara Wisnu, papanya hanya mengantar sampai gerbang yang tidak pernah tertutup rapat itu. Setelah memastikan si pemilik rumah keluar barulah dia kembali masuk ke rumahnya.

"Ai ada?" tanya Hana.

Dhika mengangguk. Lalu mempersilahkan Hana masuk ke rumahnya setelah membantu anak itu membuka sepatu botnya.

Dhika mengulum senyum sambil menahan gemas karena melihat Hana datang menggunakan jas hujan berwarna pink lengkap dengan sepatu bootnya. Tidak lupa boneka pegasus yang tak pernah gadis itu tinggalkan.

"Tunggu di sini dulu ya? Sama Om."

Hana mengangguk lantas naik ke atas sofa.

"Bang, ada Hana nih," teriak Dhika sambil membaca majalahnya kembali.

Tidak lama kemudian Ari muncul, berlari kecil sambil tertawa. Dia tidak mengenakan apapun kecuali popoknya. Tapi saat melihat Hana duduk di sofa dengan papanya dia langsung berhenti.

"Ai ... gak pake baju sama celana," ujar Hana sambil tertawa kegirangan menunjuk Ari.

"Mama ... ada cewek!" teriak Ari sambil berlari kembali ke kamarnya.

Setelah hampir 5 menit lamanya, akhirnya Ari muncul dituntun mamanya. Sekarang dia sudah mengenakan pakaian lengkap dengan baju hangat karena cuaca di luar sedang hujan.

"Nana kok cantik banget sih?" Rani berucap gemas saat melihat Hana lalu mengecup pipi gadis kecil itu. "Kaya barbie."

"Nana cantik kaya bebi," puji Ari.

Hana hanya tersenyum girang mendengar itu. Lalu dia turun dari sofa.

"Tadi ke sininya sama siapa?" tanya Rani, penasaran karena di luar sedang hujan jadi tidak mungkin anak ini datang sendiri.

"Antal papa, tyus masuk lagi."

"Oh." Rani mengangguk paham lalu ikut duduk di samping suaminya, memilih menyimak percakapan abstrak antar kedua bocah itu.

"Nana takut?" tanya Ari.

Hana menggeleng.

"Nana 'kan masih kecil. Gak boleh pelgi-pelgi sendili."

"Ai juga masih kecil," balas Hana tidak terima dikatai masih kecil oleh Ari. "Nana udah gak ngompol, jadi kata mama Nana udah besal." Hana merentangkan kedua tangannya.

"Aku juga."

Rani dan Dhika kompak berdecak. Sementara Ari dan Hana kompak tertawa, bangga pada diri mereka sendiri.

Untuk beberapa menit kedua bocah itu terus berceloteh, sebelum Hana menoleh ke arah jendela dan melihat hujan sudah berhenti. Setelah itu mereka berdua tampak berbisik-bisik.

"Ate," panggilnya pada Rani. "Nana mau pulang."

"Kenapa?" tanya Rani.

"Mau pulang aja."

"Mama, Nana mau pulang aja," sahut Ari. Lalu berbisik-bisik dengan Hana.

"Di luarnya masih ujan." Rani mencoba membujuk Hana.

Hana menggeleng. "Kan pake ini." Tunjuknya pada jas hujan yang dikenakannya.

"Ya udah." Rani sudah akan berdiri bermaksud menuntun Hana untuk mengantar anak itu pulang, tapi tangan kirinya ditahan Ari.

"Nana mau pulang sama aku, Ma."

Kening Rani mengerut, dia yakin ada tujuan terselubung antar dua bocah ini.

"Iya," timpal Hana.

Rani mengangguk saja, lagi pula rumah mereka bersebrangan. "Pa, ambilin jas ujannya abang dong," pinta Rani pada Dhika yang langsung dituruti suaminya itu.

Setelah Ari sama-sama sudah mengenakan jas hujan dan tidak lupa sepatu bot kuning kebanggaannya. Mereka pun keluar dari rumah sambil berpegangan tangan.

"Jangan bolak-balik, ya?" pesan Dhika.

10 menit kemudian.

"Assalamualaikum."

Sekarang, bukan hanya suara satu bocah yang Dhika dengar tapi dua bocah.  Dan saat dilihatnya, ternyata Ari kembali dengan Hana. Dhika pun menggiring kembali kedua anak itu masuk ke dalam.

5 menit kemudian.

"Papa, Nana mau pulang," ucap Ari. Tanpa menunggu persetujuan dari papanya Ari dan Hana berjalan beriringan, Dhika hanya mengikuti dari belakang untuk membukakan pintu dan menutup pintu.

"Jangan bolak-balik, ya!" pesannya lagi.

Ari dan Hana kompak mengangguk.

10 menit kemudian.

"Assalamualaikum."

Dhika berdecak lantas menggaruk kepalanya. Kegiatannya membaca majalah terus-terusan terganggu karena kelakuan anak-anak itu.

"Pintunya jangan ditutup aja." Rani muncul dari dapur membawa goreng pisang crispi. "Tiap hari juga gitu, pintu rumah ini sama pintu rumah Wisnu gak pernah ditutup. Mereka bolak-balik bisa sampai 10 kali." Rani terkikik melihat ekspresi tidak percaya Dhika. Tapi meski begitu laki-laki itu tetap beranjak untuk membuka pintu dan muncul dengan kedua bocah itu lagi.






17.10.29

29

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Harap bersabar ya, Pap Dhik. Ini ujian 😂

 Ini ujian 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baby boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang