Gara-gara si Moli.

37.7K 1.9K 33
                                    


Wajah Ari merengut ketika mendapati mainan motor kesayangannya hancur berkeping-keping akibat dilindas oleh mobil papanya yang akan parkir di garasi. Matanya berembun, melihat mainannya itu sudah tidak berbentuk lagi.

"Papa, bilang juga apa, mainnya jangan di sini. Masih untung mainannya yang kegiles gimana kalau kamu coba. Papa, kan gak bisa lihat kalau kamu mainnya di pojokan sana." Dhika menggerutu dengan nada sedikit agak tinggi, sambil menunjuk ke pojokan garasi. "Jangan bandel coba, Bang."

Ari sebenarnya tidak berniat bermain di sana, dia hanya berniat mengikuti Moli yang berlari ke arah garasi. Dan sialnya, kucing itu malah masuk ke kolong mobil lain milik papanya.

"Sekarang masuk," perintah Dhika.

Ari menunduk, tidak berani melihat papanya, dia mematung membelakangi papanya, melihat nasib motor mainannya yang sudah tidak berbentuk lagi. Sambil sesekali matanya melirik, mencari keberadaan Moli yang tidak kunjung muncul. Apa nasib kucingnya juga sama seperti mainannya.

"Abang."

Ari menggeleng.

"Ayo masuk," ajak Dhika, "ya udah, kalau gak mau nurut, Papa mau masuk ke dalam, nanti pintunya dikunci dari dalam biar Abang gak bisa masuk."

Ari diam saja, tidak gentar mendengar ancaman papanya. Dia tetap mematung memegang sisa kepingan mainannya. Bahkan setelah mendengar pintu ditutup pun dia tidak menoleh.

"Moli ...." kaki kecil Ari melangkah mendekati mobil yang tadi di masuki Moli sambil terus meneriakan nama panggilan kucing itu.

Sementara Dhika mengintipnya dari celah pintu yang sedikit terbuka. Dia tidak setega itu, meninggalkan anaknya begitu saja di luar

"Abang mana?" tanya Rani, saat melihat Dhika tengah mengintip.

"Di garasi."

"Kenapa ditinggalin?"

Dhika berdecak. "Dia main di pojokan sana, aku mau parkir dan gak liat dia. Untung cuma mainannya aja yang aku gilas. Gimana kalau dianya coba?"

Rani menghela napas, kebiasaan suaminya kalau sedang khawatir malah terkesan seperti sedang marah. "Harusnya dibujuk terus ajak masuk. Bukannya ditinggalin."

"Aku juga udah bujuk, tapi dianya gak nurut. Ya udah, aku ancam akan kunci pintu dari dalam."

Rani berdecak kesal, sambil menyuruh Dhika untuk menyingkir supaya dia bisa keluar.

"Abang ...." Rani memanggil Ari begitu kakinya sudah menginjak lantai garasi. "Abang, lagi ngapain?" tanya Rani, melihat Ari tengkurap di lantai.

"Mama, Moli masuk ke sana." Ari menunjuk kolong mobil. "Moli gak bisa kelual."

Rani ikut berjongkok lalu mengintip ke kolong mobil, matanya bisa melihat Moli ada di dalamnya, kucing itu mengeong, tapi tidak mau keluar. "Moli ... Moli."

"Mama, Moli gak mati, kan?" Ari menatap mamanya penuh harap dengan suara agak bergetar menahan tangis.

"Nggak, tapi Moli gak mau keluar. Gimana dong?"

Suara isakan akhirnya lolos dari bibir Ari setelah mendengar itu. "Nanti, Moli makannya gimana? Kalau ada kucing nakal gimana? Tidulnya sama siapa?" Air mata berlomba-lomba lolos membasahi pipi chuby nya.

Rani tersenyum, mendadak merasa terharu sekaligus bangga karena anaknya sudah memiliki rasa kasih sayang yang besar, meski hanya pada seekor kucing. "Sini." Rani membawa Ari ke pangkuannya lalu memeluk anak itu erat dan membawa Ari agak menjauh dari sana. "Nanti Moli keluar sendiri kok, kalau udah bosan. Dia pasti masuk lagi ke dalam rumah. Nanti, kalau Moli udah masuk ke rumah, Abang kasih makan ya?"

Ari mengangguk. "Sama selimut juga?"

"Iya, sama selimut juga."

Meow ... meow ....

Tiba-tiba suara kucing itu terdengar semakin keras, Moli keluar, lebih tepatnya dipaksa keluar oleh Dhika yang entah sejak kapan berada di sana.

"Moli!!!" Ari melepas pelukan mamanya untuk berlari ke arah papanya dan meminta Moli untuk dipeluknya. "Moli." Senyum Ari mengembang.

"Peluk Papa juga dong," ujar Dhika yang merasa cemburu melihat Ari memeluk Moli dengan sangat erat.

"Gak mau," jawab Ari.

"Kenapa?"

"Papa nakal." Ari melenggang begitu saja diikuti Rani di belakangnya,  meninggalkan papanya yang menganga tidak percaya.

"Mama! Pintunya kunci!" Ari menjerit saat melihat papanya bergerak cepat akan masuk. Tapi terlambat karena Ari sudah lebih dulu menutup pintu itu.

Dhika berdecak, melihat Rani terkikik dari balik jendela kecil di samping pintu. Kalau sudah begini, terpaksa dia harus masuk lewat pintu depan rumahnya.









17.10.07

Baby boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang