Buahnya mana?

27.2K 1.5K 41
                                    

"Mama ininya masukin sini?" tanya Ari, sembari memasukan lima buah anggur ke dalam gelas. Setelah semuanya masuk, Ari menghitung ulang buah berwarna keungu-unguan itu, hanya untuk memastikan jika buah itu tidak kurang dari jumlah semula.

"Udah belum?" tanya Rani.

"Udah." Ari mengangguk.

"Kalau udah, anggurnya simpen dulu di sini. Abangnya mandi dulu." Rani menyentuh pundak Ari supaya anak itu berdiri dari duduknya.

Ari mengangguk lagi, lalu menyimpan gelas berisi anggur tersebut dengan hati-hati di atas meja. Sambil berjalan masuk ke kamar, sesekali Ari menoleh untuk memastikan jika anggur itu akan aman selama ia mandi.

***

Suara riuh obrolan anak-anak yang berasal dari TV menyambut kedatangan Dhika yang baru saja kembali mengantarkan Genta dan ibu mertuanya ke rumah kakak iparnya, Diandra.

Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari keberadaan anak istrinya di ruang keluarga, tapi tidak ada. Mungkin mereka sedang keluar, pikir Dhika. Sambil menunggu Ari dan Rani kembali, Dhika pun memilih duduk di sofa. Memilih chanel TV yang sekiranya seru untuk ditonton.

Ketika sedang asik menonton, tiba-tiba saja matanya menangkap sebuah gelas berisi buah berbentuk bulat berwarna keunguan di atas meja. Karena merasa penasaran Dhika pun mengambil benda itu.

Saat dilihatnya benar saja isinya adalah buah anggur. Tanpa pikir panjang Dhika pun mengambil buah tersebut, lalu dimakannya hingga tersisa dua buah.

"Udah pulang?"

Dari arah kamar, Rani berjalan sambil menyampirkan handuk di lengannya.

"Kirain gak ada siapa-siapa di rumah. Abang mana?" tanya Dhika, saat melihat istrinya hanya keluar sendiri dari kamar.

"Ada, lagi ngaca dulu."

Dhika tersenyum geli mendengar itu.

Tidak lama berselang, keluarlah Ari dengan rambut yang sudah tersisir rapi.

"Wah, Abang udah ganteng. Mau ke mana?" Dhika tidak tahan untuk tidak menggoda, ketika bocah laki-laki itu berjalan ke arahnya lalu naik ke atas sofa dan duduk di sampingnya. "Mau jalan-jalan ya?"

Ari menggeleng. "Mau main ke lumah Amin."

"Amin?" Alis tebal Dhika bertaut, bingung. "Amin siapa?"

"Alif kali, Bang," sahut Rani, "Amin mah nama abinya."

Ari terkikik menyadari kekeliruannya. "Salah," ujarnya.

"Tetangga baru kita?" tanya Dhika.

"Iya. Yang istrinya itu guru Tk."

"Istinya gulu----"

Rani langsung membekap mulut Ari, saat anak itu meniru ucapannya. Dia lupa kalau ada Ari di sana yang akan dengan cepat meniru ucapannya.

"Oh." Dhika mengangguk paham.

"Mama," panggil Ari. Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu yang tinggalkan di sini sebelum ia mandi.

"Apa?"

"Buah-buahnya," ucap Ari seraya menunjuk sebuah gelas yang tersimpan di atas meja.

Rani pun mengambil benda tersebut, lalu diserahkannya pada Ari.

Ari memegang hati-hati benda tersebut dengan senyum merekah.

Tapi senyum itu pudar seketika, saat melihat buah anggur pemberian Genta yang disimpannya dan dilindunginya di dalam gelas sudah berkurang banyak. Ke mana perginya buah anggur itu?

Dari tempatnya duduk, entah kenapa perasaan Dhika mendadak tidak enak saat melihat Ari menatap gelasnya dengan tatapan nanar yang sarat dengan perasaan kehilangan yang mendalam. Tiba-tiba ada semacam perasaan takut yang menelusup ke dalam hatinya, memberinya pertanda jika sesuatu yang besar akan terjadi setelah ini.

"Mama." Suara Ari bergetar.

"Apa?"

"BUAHNYA MANA?"

Dhika langsung menjatuhkan kepalanya ke lengan sofa begitu mendengar Ari memekik. Seandainya ia tahu kalau anggur itu adalah anggur milik anaknya. Sudah pasti dia tidak akan memakannya.

"Emang tadi Abang simpen di mana?" tanya Rani.

"Masukin sini," ucap Ari sambil merengek. "Tadi ada banyak."

Rani memicingkan matanya, tatapannya mengarah langsung pada tersangka satu-satunya yang sedang berpura-pura tidur. Bukan tanpa alasan Rani menyimpan curiga pada orang tersebut, tapi memang hanya orang itulah yang tadi berada di sini.

"Dhika ...."

Ari yang sedang merengek menoleh sebentar mendengar mamanya memekik, setelah itu dia merengek lagi. Meratapi anggurnya yang sudah hilang.



17.12.10



Baby boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang