dongeng sebelum tidurnya Abang.

27K 1.4K 112
                                    


"Motocross adalah balap motor yang digelar di sirkuit tanah. Olahraga ini berevolusi dari kompetisi uji coba sepeda motor di Inggris. Pada awalnya bermula dari sebuah kompetisi uji coba, seperti uji coba kuartalan Auto-Cycle Clubs yang digelar pada tahun 1909 dan Scottish Six Days Trial yang dimulai pada tahun 1912. Akan tetapi lambat laun event uji coba ini justru menjadi sebuah kompetisi untuk mencari siapa yang tercepat menyentuh garis finish. Awalnya dikenal sebagai scrambles racing di Inggris Raya. Namun karena olahraga ini semakin populer, kompetisi menjadi dikenal secara internasional sebagai balap motorcross. Nama motocross dengan menggabungkan kata yang berasal dari Prancis untuk motorcycle, motocyclette, atau singkatnya moto, menjadi, cross country."

"Papa."

Kepala Dhika mendongak, mata yang tadinya terfokus pada majalah kini beralih menatap Ari. "Iya?"

"Papa, Ago aja," pinta bocah itu sambil mengusap-usap perutnya yang tidak tertutupi baju kemudian menunjuk majalah di tangan sang papa yang sudah dianggapnya sebagai buku cerita.

"Ago aja?" tanya Dhika seraya membuka lembaran lain di majalahnya yang sudah tak berjilid dan kusut itu. "Jadi, Giacomo Agostini lahir di Brescia pada tanggal 16 Juni 1942. Ago adalah pemegang rekor juara dunia GP 500cc terbanyak delapan kali, yaitu pada tahun 1966, 1967, 1968, 1969, 1970, 1971, 1972 dengan motor Italia, MV Agusta dan terakhir tahun 1975 dengan mengendarai motor Yamaha. Total ia memenangi 122 seri Grandprix dan 15 gelar juara dunia di semua kelas. Namun tujuh kejuaraan lain yang di raihnya tidaklah jelas secara detailnya kapan dan dikelas mana ia mendapatkan rekor tersebut. Lalu---"

"Papa?"

Sekali lagi, Dhika dipaksa berhenti membaca. "Iya?"

"Peyi aja, Papa."

Senyum tersungging di bibir Dhika. "Jadi Abang mau denger sejarah Ferrari lagi?"

Ari manggut-manggut. "Peyi lagi, Ago lagi. Ago lagi."

Dhika mengiyakan, tetapi lelaki itu tidak lantas melaksanakan perintah Ari. Dia berdiri sejenak dari tempatnya duduk, yaitu pinggiran bathub untuk mengambil tissue gulung yang di simpan Rani di dekat wastafel. Sengaja disimpan di sana karena takut dijadikan mainan oleh Ari dan Moli.

"Abang?" panggilnya setelah kembali dengan tissue.

"Apa, Papa apa?"

"Udah keluar belum poop-nya?" tanya Dhika sambil mendekati Ari. Mengusap kepala hingga punggung anaknya itu.

"Udah. Dikiiiit aja. Susah," jawab Ari seraya menghela napas, terdengar sangat kecewa.

Senyuman Dhika melebar. "Masa udah makan yogurt sebakul masih susah aja,"godanya seraya mengingat ulah sang anak tadi siang bersama Ditya-adiknya yang disandera kedai eskrim karena Ditya yang tidak sanggup membayar yogurt yang dimakan Ari. "Kualat dari Om Ditya juga."

"Lualnya susah aja. Iiiihhh...." Ari mengejan kesal. "Bau."

Dhika terkikik geli.

"Papa?"

"Iya?"

"Papa poop-nya bau gak?"

"Enggak. Orang ganteng gak bau."

Ari terkekeh-kekeh.

Dhika ikut terkekeh sejenak, lalu menasihati Ari. "Abang sih kalau di suruh makan buah-buahan sama sayur gak mau, jadinya susah 'kan?"

"Nanti besok ya, Pa?"

"Nanti besok apa?"

"Nanti besok makan buah."

"Nanti apa besok?" tanya Dhika lagi.

Mendengar pertanyaan itu kepala Ari agak memiring. "Nanti besok-besok," jawabnya. "Papa?"

Baby boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang