Donat versi Abang dan Papa Dhika.

28.4K 1.5K 104
                                    


Sekarang Ari sudah mandi, sudah berganti pakaian, sudah memakai jaket, sudah menyisir rambutnya dan kata mamanya dia juga sudah tampan dan siap menyambut kedatangan sang papa dari bengkel.

"Mama?"

"Apa?"

"Hujan ya, Ma?" tanya Ari sambil menunjuk ke halaman yang terlihat basah dari jendela kamarnya.

Rani yang baru saja selesai merapikan perkakas mandi Ari yang tadi dibawa ke garasi langsung mengiyakan. "Tapi sekarang udah nggak. Hujannya sebentar."

"Gak lama?"

"Iya, kalau sebentar berarti gak lama," jawab Rani. Perempuan itu lantas duduk di lantai memperhatikan Ari yang sedang berdiri di balik gorden. "Kalau hujan, Abang tunggunya di dalam aja. Nanti kalau udah denger suara mobilnya Papa, Abang baru keluar. Iya gak?"

Ari menggeleng. "Mau lual aja. Nanti kalau dalam Papanya gak lihat."

"Gak lihat gimana? Kan nanti juga Papa masuk."

"Mau lual aja." Ari tetap bersikeras. Bocah laki-laki itu kemudian beranjak dari jendela menghampiri mamanya. "Mama?"

"Apa?" Wajah Rani mendongak ketika Ari berdiri di depannya sambil memeluk lehernya.

"Mama mau bisik-bisik." Ari mendekatkan mulutnya ke telinga Rani. "Mama, mau tunggu lual aja pake payung."

"Payung apa?" tanya Rani. "Kan payungnya Abang rusak."

Tahu mamanya hanya pura-pura. Ari pun menggelengkan kepalanya. "Iih bukan itu, bukan ijo-ijo. Payungnya yang beliin Oma aja."

"Yang mana?" Rani menautkan alisnya.

"Bilu-bilu Mama," jawab Ari, kesal.

"Oh, itu 'kan buat Mama. Bukan buat Abang."

"Bukaaaan," ucap Ari sambil melotot karena sangking gemasnya pada sang mama.

"Punya Mama. Oma bilangnya kalau Abang mau pakai payungnya Abang harus pinjem sama Mama."

Mata Ari membeliak lucu, sejurus kemudian kedua alisnya bertaut. "Mama 'kan itunya payungnya katanya Oma buat Abang aja. Payungnya kecil buat anak kecil bukan buat mama-mama."

Rani mencebik. "Buat Mama."

Ari pun semakin erat memeluk lehernya. "Ih… Mama jangan pelit! Abang pinjem sedikit aja gak lama-lama."

Kali ini Rani tertawa.

"Mama ih, pissss," pinta Ari sedikit memaksa.

"Cium dulu." Rani memajukan bibirnya. "Nanti Mama kasih."

Ari tertawa lebar, sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya dia pun mencium bibir Rani hingga terdengar bunyi, "Mmuuuaaach."

Usai memberikan ciuman itu, Ari pun langsung diminta Rani untuk menunggu sebentar karena payungnya Rani simpan di kamarnya.

Bukan tanpa alasan mamanya melakukan itu, sebab jika payungnya itu disimpan sembarangan atau disimpan di tempat yang mampu dijangkau Ari, maka tidak lama kemudian payung itu pasti akan rusak.

Dhika papanya saja sampai mengatakan bosan membawa payung hadiah dari bengkel ke rumah, karena terus dimainkan Ari sampai rusak.

"Ini payungnya pegang dulu." Tidak lama kemudian Rani kembali. Payung yang dibawanya dari kamar itu langsung diberikan pada Ari. "Pegang aja ya, jangan dipake pukul-pukul dinding sama lantai."

"Heeh." Ari mengangguk sembari memegang gagang payungnya dengan erat. "Lualnya kapan, Ma?"

"Sekarang aja," jawab Rani.

Baby boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang