oh papa (2) (diprivat)

25.1K 1.3K 32
                                    


***
Meski diawali dengan tragedi 'lupa nyalain kompor', akhirnya sosis goreng yang diminta Ari matang juga. Setelah ditiriskan di atas tisue, Dhika memindahkan enam potong kecil sosis itu ke atas piring.

"Papa ...."

"Apa?"

"Gak mau pake tempat itu." Ari menunjuk piring berwarna putih yang digunakan untuk menyajikan sosisnya.

"Kan sama aja." Dhika menghela napas sambil mendekatkan wadah tersebut ke hadapan Ari. "Yang dimakannya 'kan bukan tempatnya, Bang."

"Ah ...." Ari memeprotes sambil menjauhkan tempat itu, bibirnya sudah mencebik menahan tangis.

"Ya udah, Abang mau pake tempat yang mana?"

"Thomas," seru Ari.

Meski dengan perasaan agak kesal, Dhika pun mengambil tempat makan bergambar tokoh kartun itu kemudian memindahkan sosis yang di gorengnya. "Nih,"

Ari tertawa lebar, menampilkan deretan gigi susunya sambil memegang garpu kecil. "Bismillahirahmanirahim ...." ucapnya dengan suara lantang dan panjang. Dengan semangat, ia lalu melahap sosis goreng itu.

"Enak gak?" tanya Dhika.

Ari mengangguk sambil melahap satu potong sosis sekaligus.

Dhika tersenyum melihatnya. Usahanya hingga bercucuran keringat ternyata tidak sia-sia. Sambil menopang dagu dengan tangan yang bertumpu pada meja, ia menatap lekat ke arah anaknya. "Bagi dong," pinta Dhika kemudian.

Ari menggeleng. "Gak enak, pedes."

Dhika mencibir. "Dasar pelit!"

Hanya dalam waktu kurang dari sepuluh menit, sosis itu pun ludes. Tidak tersisa sedikitpun. Dhika sampai berdecak karenanya.

"Papa?"

"Apalagi?"

"Mau minum."

Dhika beranjak menuangkan air minum ke dalam gelas, lalu memberikannya pada Ari.

"Bukan ini." Ari mengangkat bahu sambil menepis tangan Dhika. "Bukan ini."

"Terus apa dong? Abang 'kan minta minum," balas Dhika, lembut. "Kalau minum ya, ini." Tangannya terangkat menunjukan gelas berisi air.

"Bukan itu ...." Ari berucap gemas. Kenapa sih, papanya itu tidak mengerti juga.

"Terus apa?"

"Minumnya susuuuuu ...." Bibir Ari sampai mengerucut karena takut papanya tidak mengerti lagi. "Papa tau gak?"

"Oh, bilang dong dari tadi." Dhika menyimpan gelasnya lalu mengambil kaleng susu dari lemari. "Minumnya di gelas, ya?" godanya seraya membuka kaleng susu dan menyendok isinya.

Ari menggeleng. "GAK MAU!"

"Kalau udah gede minumnya pake gelas jangan pake botol." Tapi tak urung Dhika menyendokan susu bubuk itu ke dalam botol susu milik Ari.

"Kalo gede itu lambutnya putih kaya kakek?"

Alis Dhika bertaut. Sepertinya Ari salah pengertian antara gede dan tua. "Maksudnya kalau Abang udah besar."

"Oooooh ...."

Dhika tersenyum sambil menuangkan air panas ke dalam botol susu anaknya lalu menambahnya dengan air dingin setelah susu itu selesai dikocoknya.

"Papa ...."

"Apa?"

"Susunya gini-gini." Tangan Ari bergerak seolah sedang mengguncang botol. "Tlus gini-gini," lanjutnya, menjilati telapak tangan. "Lasa-lasa."

Dhika tersenyum jahil. Sambil menyeringai ia menghisap botol itu.

"AAAAA ...." Ari menjerit sekuat tenaga, tidak terima dotnya dihisap seperti itu oleh papanya. "Jangaaannnn ...." Tangannya terkibas, memberi isyarat supaya papanya berhenti melakukan itu. "Jangan minum susunya!"

Dhika terbahak. "Ya udah nih-nih."

"Gak mau." Ari menepis tangan Dhika, air matanya sudah terjatuh menangisi botol susunya. "Mama ...."

"Jangan nangis- jangan nangis! Ini gak jorok kok, Bang."

"GAK MAU!" sentak Ari.

Bingung karena Ari tidak mau berhenti menangis, Dhika pun berinisiatif mengambil dot dari tempat penyimpanan
perlengkapan makan dan minum anak itu.

"Ini aja-ini aja. Nanti Papa bikinin lagi," ujarnya seraya menyumpalkan dot tersebut ke mulut Ari. Membuat anak itu diam seketika dan Dhika merasa lega seketika.

Tapi kelegaannya tidak berlangsung lama ketika tiba-tiba Rani masuk ke dapur sambil mengucek mata. "Kenapa sih ribut-ribut?" tanyanya seraya menghampiri anaknya yang didudukan di atas meja. "Abang kenap ---? Dhika ... kenapa dia dikasih dot lagi sih? Itu 'kan udah aku sembunyiin," omel Rani sambil mendelik ke arah suaminya.

"Ya ... daripada nangis." Dhika membela diri.

Sementara Ari hanya memperhatikan kedua orang dewasa itu sambil menikmati dot yang sudah lama disembunyikan mamanya.

Sementara Ari hanya memperhatikan kedua orang dewasa itu sambil menikmati dot yang sudah lama disembunyikan mamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baby boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang