Om Papa.

26.6K 1.5K 18
                                    

Begitu masuk ke dalam mobil kemudian duduk di samping Dhika. Ari langsung mencakar goodie bag hasil berbelanjanya dengan Rani hari ini. Mengeluarkan tiga jenis mainan dan satu buah boneka kucing untuk dipamerkan pada papanya. Dua diantaranya adalah mobil mainan dan satu lainnya adalah peralatan bengkel berbahan plastik.

"Abang, duduknya yang bener coba." Rani membenarkan posisi duduk Ari yang menyamping mengahadap ke arah Dhika menjadi ke depan. "Bongkar belanjaanya nanti aja di rumah, papanya 'kan lagi nyetir."

Ari mengedikan bahu, tidak menggubris ucapan Rani dan malah menunjukan mobil truk berwarna kuning pada papanya yang tengah fokus memperhatikan jalan. "Ini bagus ya?" ucapnya, bangga.

Dhika hanya melirik seraya tersenyum. "Iya,bagus."

"Awas aja nanti dipretelin lagi," sahut Rani.

Ari menoleh. "Kan mobilnya gak bisa jalan, jadi bongkal ya, Pa?"

"Iya dong. Kalau mobilnya rusak harus di bawa ke bengkel terus diservis, biar bisa jalan lagi." Dhika berkata dengan semangat.

"IYAAAAAA ... BAWA BENGKEL TLUS SEPIS," teriak Ari meniru ucapan papanya tak kalah semangat, menggema di dalam mobil. "Mama tau gak?" tanyanya

Dhika tergelak akibat melihat tingkah Ari dan wajah cemberut istrinya.

"Gimana juga itu mainan bisa jalan. Kalau rodanya dibongkar pasang terus," dumel Rani. Mengingat beberapa mainan anaknya itu yang sudah tidak berbentuk lagi.

"Papa ini juga." kali ini Ari menunjukan bis mainan berwarna biru muda pada Dhika.

"Wah, itu bagus banget."

"Iyalah bagus, harganya aja lebih mahal dibandingin sepatu," gerutu Rani, pelan.

Mendengar papanya ikut memuji mainan yang ia tunjukan membuat Ari semakin bersemangat menunjukan mainan lainnya termasuk boneka kucing yang dihadiahkan Rahma untuknya.

"Ini kasih tante. Buat Moli." Ari menunjukan boneka kucing tersebut sambil memeluknya dengan hati-hati seolah ia sedang memeluk kucing sungguhan.

"Tante siapa?" tanya Dhika.

"Tante, temennya mama."

"Siapa?" tanya Dhika lagi. "Abang tanya gak namanya siapa?"

Rani yang duduk di samping Ari berdeham, berharap Dhika tidak akan bertanya lebih jauh tentang tante yang diceritakan oleh Ari.

Ari menggeleng. "Itu tante cewek," ujarnya.

"Iyalah cewek namanya juga tante, kalau cowok namanya om." Dhika terkekeh. "Abang gimana sih?"

"Om Dita?" tanya Ari, polos. Menanyakan tentang adik papanya.

"Nah, Om Ditya cowok makanya dipanggil om."

"Kalau papa?"

"Papa juga cowok," jawab Dhika.

"Jadi Om Papa?"

Dhika menggaruk keningnya. "Ya gak gitu juga. Kalau Papa, ya Papa aja gak pake om," jelasnya.

Ari menatap Dhika penuh tanya, dia tidak mengerti perkataan orang dewasa di depannya itu.

"Panggilnya Papa aja," jelas Dhika.

"Oooh ...."

"Abang ngerti gak?" tanya Rani.

Ari menggeleng mantap.

"Ya udahlah, terserah Abang aja," ucap Dhika pasrah. Dan kembali memfokuskan perhatiannya pada jalan.





17.11.24

Baby boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang