Hatchi.

25.6K 1.3K 53
                                    


Hatchi anak yang sebatang kara
pergi mencari ibunyaa
di malam yang sangat dingin
teringat mamaaa...

walaupun kesepian
Hatchi tetap gembira
mama...
mama ...
dimanakah kau berada?

mama....
mama ...
suatu saat pasti ber...temuu...

Rani terusik dari tidurnya kala sayup-sayup suara nyanyian dari theme song animasi anak-anak mengalun masuk ke pendengarannya. Pelan-pelan dia membuka mata dan mengintip jam kecil yang berada di atas nakas. "Jam tiga," gumamnya pelan.

"Papa?"

Giliran suara kecil Ari yang kini masuk ke pendengarannya, membuat Rani mengurungkan niat untuk memutar tubuh. Menghadap si pemilik suara yang tidur di balik punggungnya.

"Papa?"

"Hmm?"

"Itu kakeknya Haci? Mamanya mana?"

Senyuman langsung merambat di bibir Rani, mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Ari. Namun bersamaan dengan itu hatinya juga terasa tercubit.

"Waktu Hatchinya masih di dalam telur, dia jatuh pas mamanya di kejar sama serangga nakal. Terus Hatchinya diurus sama kakek kumbang."

Mata Rani terpejam, mendengarkan bagaimana lembutnya suara Dhika saat menjelaskan tentang tokoh utama kartun itu pada Ari.

"Hacinya gak kaya kakek itu? Haci itu honey bee, ya, Pa?"

Dhika terkekeh. "Iya, Hatchinya lebah, kalau kakeknya kumbang."

Nah pas Hatchi udah dewasa dia dikasih tau kalo dia bukan anak kandung si kakek kumbang itu. Jadi Hatchi mulai mengembara nyari mamanya. Di perjalanan mencari mamanya, Hatchi dapet banyak cobaan, dia di fitnah, teraniaya, dan celaka. Dalam hatinya Rani melanjutkan penjelasan Dhika. Dia hapal bagaimana jalan cerita kartun itu. Dulu, saat di awal pernikahannya dengan Dhika, dia dan laki-laki berlesung pipi itu lumayan sering menontonnya. Dan sampai sekarang kartun tersebut masih tersimpan di file laptopnya Dhika.

"Hacinya nakal gak, Pa?"

"Nggak. Hatchi itu baik, dia suka nolongin temen temennya, walaupun dia gak kenal itu siapa."

"Nanti Abang jadi Haci, ya, Pa?"

Hening.

Mata Rani sontak terbuka. Dadanya sesak seketika mendengar ucapan polos itu.

"Abang gak bisa jadi Hatchi," sahut Dhika, "Abang 'kan manusia. Hatchi itu cuma kartun. Dan Abang 'kan mamanya juga ada, gak pergi kaya mamanya Hatchi."

Ari terkekeh. "Kan mamanya Abang ini lagi bobo," ucapnya sambil menepuk-nepuk punggung Rani. "Ada papanya sama kakeknya sama neneknya sama omanya sama semua-muanya ya, Pa?"

"Heeh."

"Tapi Hacinya kasian." Ari merengek kecil. "Matanya jadi mau nangis. Hacinya manggil mama-mama-mama gitu."

Jangan nangis, gumam Rani dalam hati, air matanya lolos begitu saja. Abang jangan nangis.

"Kalau gitu nontonnya udahan aja, ya?" kata Dhika, "Abangnya bobo biar besok gak kesiangan. Besok 'kan mau ada Tante Winda ke sini."

"Sama Bebi jino?" Mata bening Ari membelalak.

"Iya. Sama Mas Atha, Mas Zio juga," lanjut Dhika sambil menutup laptopnya.

"Asik."

"Makanya sekarang Abang bobo lagi." Dhika menaruh laptopnya di meja nakas kemudian menarik selimut hingga menutupi tubuhnya dan tubuh Ari. Tidak lupa dia juga mengambil botol susu Ari."Nih susunya."

"Haci anak batang kala. Malam dingin tingat mamanya. Mama - mama mana ada?"

"Ssstt. Kalau mau bobo itu baca doa dulu bukannya nyanyi." Dhika memperingatkan, sambil tersenyum lalu menuntun Ari membaca doa sebelum tidur.

Setelah tidak lagi terdengar suara Dhika maupun Ari. Rani akhirnya memutar tubuh, air matanya masih senantiasa mengalir, bahkan semakin deras kala dia melihat ternyata Dhika belum tertidur. Suaminya itu sedang menepuk-nepuk dada Ari sambil menatapnya.

"Maaf, udah ganggu tidur kamu," ucap Dhika seraya tersenyum pada Rani. "Tadi aku bingung mau diemin dia pake cara apa. Makanya aku ajak nonton Hatchi."

***

Baby boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang