Pelemen stobeli?

32.5K 1.7K 74
                                    

"Papa ... ini-ini."

Ari menuntun tangan papanya menuju salah satu rak yang menyimpan makanan kucing pada bagian bawahnya.

"Nih ... Moli makannya ini." Tangan kecil Ari menunjuk-nunjuk bungkus makanan berwarna ungu bergambar kucing.

"Oh, iya. Terima kasih, ya?" ujar Dhika, "Abang emang pinter." Tangan Dhika mengusap kepala Ari yang dibalut beani hat dengan lembut.

Ari mengangguk senang sambil tersenyum menunjukan deretan gigi susunya. "Sama mama 'kan suka diajak sini ya, Pa?"

"Iya," jawab Dhika sambil menuntun tangan Ari, setelah memastikan makanan untuk Moli sudah aman di keranjang belanjaannya.

"Beli susu."

"Iya, beli apa lagi?"

"Sosis, gula."

"Terus?"

"Beli susu."

"Susu 'kan udah." Dhika terkikik sambil terus mendengarkan celotehan Ari yang sedang menceritakan barang apa saja yang biasa dia beli di sini bersama mamanya.

Sampai akhirnya mereka sampai ke sebuah lorong dengan rak berjajar yang diisi oleh berbagai macam jenis popok. Salah satu benda yang paling dibenci Ari akhir-akhir ini karena rasanya yang membuat tidak nyaman, berat dan panas.

"Papa jangan beli papes." Ari memprotes saat melihat papanya mengambil diapers dari rak dan di masukan ke dalam keranjang belanjaan.

"Kan disuruh beli ini sama mama."

"Gak mau."

"Kenapa?"

"Talo lagi, ininya. Gak boleh beli papes." Ari mulai merengek sambil memukul-mukul kaki papanya hingga membuat orang-orang yang juga tengah berbelanja menoleh padanya dengan tatapan bertanya.

"Talo lagi!"

"Lho, kenapa?" tanya Dhika bingung

"Gak mau, Papa talo lagi!" Ari tetap merengek sambil tetap memukul-mukul kaki papanya.

Dhika menghela napas, merasa bingung sekaligus malu karena diperhatikan orang-orang yang sedang berada di dekatnya. Daripada nantinya dia dituduh sebagai ayah yang tega, akhirnya ia menurut dan menaruh benda itu kembali.

"Tuh, disimpan lagi ya?" Dhika menaruh popok itu. "Kita bayar dulu, yuk!" ajaknya sambil berjalan menuju kasir. Setelah melihat Ari mengangguk, Dhika membiarkan anak itu berjalan mendahuluinya. Dan saat itu barulah dia mengambil popok tersebut lagi dan disembunyikan di belakang tubuh.

"Papa ... beli pelemen, boleh?" Ari bertanya penuh harap ketika dia melihat dus kecil dengan bermacam gambar buah-buahan berjajar pada rak dekat meja kasir.

"Iya, boleh," jawab Dhika sambil sibuk membuka dompetnya.

Ari yang merasa sangat senang karena mendapat ijin dari papanya langsung mengambil benda tersebut.

"Papa ... ini pelemen stobeli." Sambil meloncat-loncat kegirangan, Ari menunjukan benda tersebut ke hadapan papanya.

"Iy --" Dhika menoleh dan tiba-tiba ..., blush. Pipinya bersemu saat melihat benda yang sedang dipegang oleh Ari. "Abang ... itu bukan permen, simpan lagi," pintanya sambil mencoba merebut benda tersebut dari tangan anaknya. Tak lama kemudian terdengar tawa dari orang yang sama-sama sedang mengantri.

"Gak mau," jawab Ari, ketus.

"Tapi itu bukan buat anak-anak," ucap Dhika memberi pengertian sebisanya. "Nanti Abang sakit perut, kalau Abang sakit perut nanti disuntik sama dokter. Mending ini aja nih." Tangan Dhika terulur mengambil kinder joy untuk diberikan kepada Ari sambil membujuknya.

Ari menggeleng.

"Dua." Dhika mengambil lagi kinder joy.

Ari tetap menggeleng.

"Tiga."

Ari menggeleng lagi.

"Empat. Tuh banyak 'kan? Daripada itu, ih ...." ujar Dhika dengan ekspresi jijik.

Ari berpikir sejenak, menimbang-nimbang apakah dia harus menerima tawaran papanya atau tidak. Tapi ketika melihat makanan dengan kemasan berbentuk telur tersebut dalam jumlah banyak akhirnya Ari mengangguk lalu menukarnya dengan benda yang dia pegang.

"Terima kasih." Dhika mengambil benda tersebut dari tangan Ari. Raut wajahnya sedikit kesal ketika mengembalikan benda tersebut pada kasir yang sedang bertugas. "Harusnya produk kaya gitu punya tempat khusus, jangan disimpan di tempat yang bisa dijangkau anak-anak. Soalnya 'kan anak-anak gak tau itu apaan. Cuma lihat di bungkusnya ada gambar buah jadi di sangka permen," ucap Dhika, membuat kasir perempuan tersebut tersipu malu lalu mengucap maaf.

***

Me : Emang itu permen apaan sih, Ri?

Ari: pelemen stobeli 🍓🍓🍓

Ari: pelemen stobeli 🍓🍓🍓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


17.10.18

Terima kasih banyak @indievidu untuk cover terlucunya. Cute banget pokoknya 😍.

Kalau ada yang sedang membuat cerita tapi masih bingung nentuin covernya. Bisa kok langsung dm indievidu atau syabilladhani untuk pesan cover. Sekalian mampir ke worknya dia juga ya! 😍😘

Dan untuk yang sudah ngasih pertanyaan di chapter 'bukan update' waktu itu 😆 terima kasih banyak, ya! Aku simpan baik-baik di draft 😘

Baby boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang