"Papa, kakek sama Om Dita pulang aja. Abang gak diajak-ajak." Sambil memeluk botol susunya, Ari menggerutu, berdiri di sela kaki Dhika yang sedang duduk bersandar pada punggung sofa memperhatikannya. "Abang pipis dulu, tlus gak ada aja."Dhika tersenyum. "Abang sih main air terus jadinya gak diajak."
Mata bening Ari menatapnya lurus, bocah itu berkedip-kedip kemudian tersenyum. "Kan nakal ya, Pa? Jadi gak ajak sama kakek."
Dhika mengangguk seraya menegapkan punggungnya kemudian menangkup pipi Ari yang semakin hari semakin mirip bakpau saja. Ditatapnya wajah anak itu sejenak lalu bertanya, "Terus kalau udah gak ada Kakek, Abang mau pulang sama siapa?"
"Sama Papa, nanti aja kalau udah malam-malam ya?"
"Tapi masih lama, gimana dong?" Dhika mengusap wajah kemudian merapikan rambut Ari yang sedikit basah karena cipratan air saat di toilet tadi.
"Heeh, tunggu aja. Nanti tunggu aja ya, Pa?"
"Tapi jangan nangis ya? Jangan minta pulang, jangan minta ketemu mama juga. Pokoknya Abang diem aja tungguin papa sampai selesai kerja."
Menatap botol susunya sejenak, Ari pun mengangguk. "Gak boleh clewet ya?"
Mendengar itu, Dhika tersenyum lagi. "Iyalah. Kalau cerewet nanti Papa gak bisa konsentrasi dong."
Kepala Ari manggut-manggut. "Nanti kalo mau makan gimana?"
"Eh iya, tuh kan untung Abang ngingetin." Dhika menepuk jidatnya. Dia lupa kalau tadi sebelum Adiwangsa dan Ditya pergi untuk memesan tiket pesawat, dia diingatkan untuk memberi Ari makan makanan yang dibekalkan Rani dari rumah. "Abang 'kan bawa bekal dari rumah ya?"
"Heeh ada sana." Ari kemudian berlari kecil ke dekat meja kerja papanya dan kembali dengan menggusur tas ranselnya. "Papa sini nih," ucapnya sambil meletakkan tas tersebut di dekat kaki Dhika.
Dengan segera, Dhika pun mengangkat tas itu dan membukanya. "Ini apaan?" tanyanya sambil mengeluarkan kotak bekal milik Ari.
"Itu mama bawain." Kepala Ari manggut-manggut. Dia lalu merangkak naik ke atas sofa dan duduk di samping Dhika.
Dhika lalu membukanya, dan isinya ternyata adalah nasi goreng putih yang ditambahkan irisan kecil wortel, brokoli, kacang polong dan bakso. "Tumben Abang dibekalin nasi, biasanya juga kalau gak donat pasti jelly."
"Katanya mama katanya Om Dotel gak boleh makan jelly nantinya batuk uhuk-uhuk gitu." Dengan suara lantangnya Ari menjelaskan.
"Masa? Tapi makan permen kapas boleh."
Ari diam sebentar memikirkan jawaban. Setelah dirasa sudah ada, dia pun menjawab, "Papa jelly aja, gak makan jelly aja."
"Ooohooohooo."
Ari terkikik melihat bibir papanya membulat seperti hewan. "Papa kayak ikan," katanya. "Ikan sana."
"Mana ada ikan sana." Dhika mengerenyitkan dahi.
"Ada sana, lumah Pak Katot, ikannya --- ikan --- ikan --- ikan uhan."
Dhika semakin keheranan. "Ikan uhan? Ikan lohan kali."
"Heeh ikan luhan."
"Lohan, lohan, lohan," balas Dhika, gemas.
"Lu-han," kata Ari lagi seraya tersenyum kemudian menghisap dot susunya.
Melihat Ari langsung diam, Dhika pun segera mencabut sendok kecil yang diselipkan di tutup kotak bekal. Namun saat sudah akan menyendokkan nasi, ponselnya yang di simpan di atas meja kerjanya berbunyi. "Papa ambil hape dulu ya?" pesannya pada Ari sebelum dia berdiri dan melangkah ke arah meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby boy
Conto(Sebagian diprivat) Amazing and cute cover by Syabilladhani @indievidu ?? What's wrong? side story.