Dedek bayi.

38.8K 1.9K 23
                                    




Sejak beberapa menit lalu, tatapan mata Ari tidak berpaling sedikit pun dari mahluk kecil yang terlelap nyaman di pangkuannya. Mahluk itu sangat mengagumkan baginya, ukurannya tidak lebih besar dari Moli, kucing peliharaannya di rumah, tapi tetap terasa berat saat diletakan di atas kakinya.  Bibir mahluk itu juga sesekali mengerucut persis seperti Ceci, anak bebek yang baru dibelikan Dhika untuknya. Membuat Ari langsung merasa senang saat pertama kali melihatnya dan  diberikan ijin untuk memangku serta memeluknya.

Saking merasa senangnya ketika ia diberikan ijin untuk memangku mahluk kecil itu. Ari bahkan tidak berani bergerak sedikitpun karena takut, jika dia menggerakan tubuhnya maka mahluk kecil yang berada di pangkuannya itu akan terbangun.

"Dede bayinya lucu ya, Bang?" tanya Rani. Senyuman lebar terbit di bibirnya ketika melihat anaknya itu terlihat begitu posesif.

Ari mengangguk, tapi tatapannya tetap tertuju pada bayi di pangkuannya. Bahkan kedua tangan kecilnya semakin erat memeluk bayi kecil itu.

"Mau gak, punya dedek bayi?" goda Winda, ibu dari bayi yang tengah di pangku Ari.

"Mau," jawab Ari, mantap.

Mendengar itu membuat Rani mendelik pada Winda. "Jangan ngomong gitu ah, Win. Nanti kamu nyesel coba, kalau dia minta anak kamu dibawa pulang."

"Ya, gak mungkin atuh, Ran. Yang ada juga anak kamu yang gak akan mau pulang." Winda bergeser mendekati Ari yang tampak makin nyaman memeluk anaknya, bahkan pelukan itu bertambah erat dan sarat akan kasih sayang. "Dedek bayinya, tidurin di sana aja ya, Bang? " pinta Winda sambil menunjuk ranjang bayi yang terletak tidak jauh darinya.

Ari menundukan wajahnya, memperhatikan lebih dalam lagi wajah damai bayi yang terlelap di pangkuannya. "Tapi nanti gendong lagi, boleh?"

"Boleh dong," jawab Winda.

"Dedek, bobonya pindah ke sana, ya? Nanti kalau bangun, Abang gendong lagi." Ari mencium kedua pipi bayi itu, lalu membiarkan Winda mengambilnya meski dengan berat hati.

"Mama ...." Ari mengeser duduknya lalu beranjak ke pangkuan Rani. "Mama, aku mau bisik-bisik," ujarnya.

Rani agak merendahkan tubuhnya, membiarkan Ari memeluk lehernya lalu mendekatkan bibir pada telinganya. "Mama ... dedek bayinya boleh bawa pulang?"

"Apa?" Rani bertanya lagi untuk memastikan kalau dia tidak salah mendengar. "Coba Abang bisikin lagi."

"Dedek bayinya bawa pulang aja!" Sekarang Ari tidak berbisik lagi, tetapi langsung menyuarakan keinginannya dengan suara lantang di hadapan mamanya. Hingga membuat Winda yang tengah menidurkan bayinya ikut menoleh.

"Coba kamu tanya dulu sama Tante Winda. Tante, boleh gak dedek bayinya aku bawa pulang. Please ...."

"Tante, dedek bayinya mau aku bawa pulang, pis ...." ucap Ari menirukan mamanya.

Winda tidak langsung menjawab, dia berdecak sambil menahan tawa mendengar celotehan anak sepupunya itu. "Anak kamu bener-bener pintar ya, Ran?" Seharusnya tadi Winda percaya pada ucapan Rani, tentang Ari yang pasti meminta bayinya dibawa pulang, setelah dia menawari anak itu untuk memiliki adik bayi.

"Iya, makanya kamu jangan ngomong yang nggak-nggak di depan dia," ucap Rani memperingatkan.








17.10.05

05

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Baby boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang