Kain ayu?

33.9K 1.8K 17
                                    

Ari bersorak senang ketika melihat motor vespa milik papanya dikeluarkan. Dia sudah sangat tidak sabar untuk segera menaikinya. Papanya bilang kalau dia akan diajak berbelanja ke minimarket yang terletak tidak begitu jauh dari rumahnya.

"Papa cepet-cepet!" Ari meneriaki papanya yang sedang memanaskan motor di carport sementara dirinya berdiri di teras.

"Iya sabar-sabar." Dhika menurunkan standar motornya lalu berjalan masuk melewati Ari. "Papa ambil dulu helmnya, ya ?"

Ari mengangguk. "Papa jangan lama-lama!"

Tidak lama kemudian Ari melihat papanya muncul dari dalam rumah membawa helm dan baby carrier.

"Abang digendong ya?" Dhika menaruh helmnya begitu saja di lantai lalu merentangkan tangan di hadapan Ari.

"Gak mau," ucap Ari sambil mengedikan bahunya.

"Digendong aja, Abang 'kan suka ngantuk. Nanti kalau tidur, terus jatuh gimana?" bujuk Dhika dengan suara memelas yang dibuat-buat. "Ayo," ajaknya.

"Gak mau!" teriak Ari sambil berlari ke arah motor. Membuat Dhika mau tidak mau harus mengejarnya.

"Papa, di sini nih, di sini aja." Ari naik ke atas motor lalu berdiri dan berpegangan pada setangnya. "Papa duduk sini nih." Ari menepuk-nepuk jok motor tersebut dengan tangan mungilnya.

Dhika menggeleng. Dia sebenarnya paham akan ucapan dan maksud Ari, tapi dia tidak mau menurutinya. Itu terlalu bahaya menurutnya. Dhika memang kerap menemui beberapa pengendara motor yang membawa seorang anak kecil seumuran anaknya dan membiarkan anak tersebut berdiri di bagian depan. Terkadang membuatnya prihatin sekaligus khawatir, sebagai orangtua seharusnya mereka menomor satukan keamanan anak mereka terlebih dahulu dibanding menuruti keinginan anaknya, itu memang menyenangkan, tapi berbahaya dan terlalu beresiko.

Jadi, Dhika tidak ingin menjadi bagian dari orangtua-orangtua tersebut. Dia tidak ingin mengambil resiko dan membiarkan anaknya celaka.

"Gak boleh, ah! Kalau Abang berdiri di situ nanti ditangkap polisi, coba," ucapnya menakut-nakuti Ari.

"Hah?" Mata Ari mengerjap lucu lalu tubuhnya bergidik. Tentu saja di tidak mau ditangkap polisi, itu sangat menakutkan.

"Makanya." Dhika bergerak pelan ingin mengangkat tubuh Ari ke gendongannya, tapi gagal. Ari malah mengelak membuat Dhika kebingungan. "Kenapa?"

"Gak mau digendong pakai ini." Ari menunjuk -nunjuk baby carrier yang dikenakan Dhika.

"Terus? Maunya pakai apa?"

"Kain ayu."

"Kain ayu?" Dahi Dhika mengerenyit. Kain Ayu itu apa?

"Kain ini nih. Jamu ... jamu." Ari mengangkat sebelah tangannya sambil membungkuk, lalu menirukan si Ayu tukang jamu saat menawarkan dagangannya.

Dhika tergelak. "Oh, kain tukang jamu. Ya sudah, Abang tunggu di sini sebentar, ya? Jangan kemana-mana, Papa ambil dulu kainnya."

Ari mengangguk.

Tidak sampai lima menit, Dhika kembali dengan sebuah kain berwarna biru tua. Kain tersebut adalah pemberian dari mertuanya ketika Ari masih bayi. Untung saja Rani selalu menyimpannya, jadi ketika dibutuhkan benda itu tidak terlalu sulit ditemukan.

Dhika menyampirkan kain itu pada lehernya. Kain tersebut sengaja dijuntaikan lebih panjang di bagian kirinya dibanding yang sebelah kanan untuk menopang tubuh Ari nantinya.

"Ayo," ajak Dhika sambil merentangkan kain tersebut.

Ari tersenyum menyambut tangan Dhika yang mengangkat tubuhnya.

"Abang berapa kilo sih? Kok berat banget," keluh Dhika sambil tangannya sibuk memastikan kalau ikatan kain itu sudah kuat.

Hasil bergurunya pada Rani tidak sia-sia, dia berhasil menggendong Ari dan membuat anak itu nyaman, meski tidak digendong seperti jamu. Dhika tidak peduli orang yang melihatnya akan mengatakan apa, yang terpenting anaknya nyaman dan yang lebih penting lagi anaknya itu aman.

"Kita berangkat sekarang?"

"Heeh," jawab Ari yang bergelung nyaman dalam kain itu. Pipi chubynya menempel pada dada bidang milik Dhika.

"Let's go."

"Letgo," sahut Ari meniru ucapan papanya.

Setelah Dhika memakai helmnya, dia pun melajukan motor tersebut ke luar pekarangan rumah diiringi senyum yang terbit dari bibir mungil anaknya.

Baby boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang