Sudah berkali-kali Rani membujuk Ari untuk memakai popok, tapi tetap tidak berhasil. Anak itu malah lebih memilih memainkan mobil mainannya di lantai tanpa celana. Untung saja kaos yang dipakainya panjang.
"Abang, anaknya Mama paling cakep. Pakai celananya yuk!"
Dhika terbahak akibat melihat Ari menyorakinya dengan bibir yang mengerucut.
"Dhik pegangin Dhik!" perintah Rani. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk memasangkan popok Ari, mumpung anak itu sedang didekap erat oleh papanya.
"Gak mau!" Ari meronta dalam dekapan Dhika sambil berteriak-teriak tidak mau.
"Udah-udah." Rani tersenyum, merasa bangga pada dirinya sendiri setelah melihat popok itu terpasang.
Wajah Ari memerah menahan tangis, melihat orangtuanya menertawakannya. Matanya kini menoleh ke arah pintu yang terbuka lalu perlahan turun dari tubuh papanya. Dan ....
"Abang mau ke mana!"
Ari berlari terbirit-birit keluar dari kamarnya. Sementara Rani berjalan agak cepat untuk mengejarnya.
"Jangan ke luar!"
Tapi Ari tidak peduli, kakinya sudah berjinjit membuka pintu yang menghubungkan rumah dan halaman belakang.
Meski agak kesulitan Ari menurunkan lagi popoknya, setelah benda itu benar-benar sudah terlepas, Ari menjinjingnya ke pinggiran kolam renang.
"Abang mau ngapa--?"
Terlambat, Rani benar-benar terlambat. Popok itu sudah mengambang dipermukaan air.
"Udah dibuang." Ari terbahak lalu menghampiri mamanya yang berdiri menatapnya tidak percaya dengan wajah tanpa dosanya.
"Kenapa dibuang?"
Ari mengerjap. "Gak mau pake papes!" sentaknya.
"Tapi 'kan gak usah dibuang ke kolam renang juga."
Ari menatap bingung mamanya, dia tidak mengerti apa yang di ucapkan mamanya itu.
"Mama, ayo masuk!"
Rani menurut saja, dia sudah merelakan popok yang sudah dipasangkan dengan susah payah itu mengambang di kolam renang.
***
Suara gemericik air masuk ke pendengaran Ari, hingga mengusik tidurnya. Dia mengerjapkan mata sambil meraba-raba keberadaan mamanya. Tidak ada.
Ari menguap lalu melihat pada arah jendela, sudah terang meskipun dalam keadaan sedang hujan. Itu artinya sudah siang, pantas saja dia tidak mendapati mama atau papanya di sini.
Sekarang Ari mulai terbiasa terbangun sendiri dia sudah tidak menangis lagi jika mendapati tidak ada siapun di sampingnya. Asal, dia terbangun karena memang sudah lama tertidur dan ruangannya tidak gelap.
Keningnya mengerenyit ketika merasakan basah pada kaki juga celananya.
"Mama." Dengan suaranya yang masih serak Ari memanggil-manggil mamanya.
"Mama," panggilnya lagi.
"Iya ... sebentar. Eh ... Abang udah bangun."
Ari menatap senang mamanya yang masuk sambil tersenyum lalu naik ke atas kasur, memeluk dan menciumnya.
"Abang ngompol, ya?"
Ari menggeleng.
"Kok bau sih?" Rani mengendus-endus tubuh anaknya hingga dia menemukan sumbernya. "Ya, Abang ngompol mana gak pake popok lagi."
"Mama bukan."
"Bukan apa?"
"Bukan ngompol."
"Terus apa?"
"Bocolrrr ... tuh."
Rani mengikuti jari telunjuk Ari yang mengarah ke jendela. Di luar memang hujan tapi tidak mungkin sampai bocor ke dalam rumah. Alasan!
17.10.22
Maafin ya sodara-sodara, ternyata Abang juga manusia biasa 😂
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.