"Jangan menghakimi seseorang atas kekurangan yang tidak bisa ia perbaiki. Tidak ada yang ingin terlahir cacat di dunia ini."
— A. Darian Aksata —
•••
Aksa terus meremas tangannya dalam perjalanan menuju ruang kelas yang akan ia tempati selama satu tahun ke depan. Seorang guru wanita mengantarnya untuk memberi arahan perihal sesi perkenalan yang biasa dilakukan oleh murid baru di hari pertama mereka bersekolah.
"Ayo, silakan masuk, Aksa. Jangan malu, jangan sungkan. Kamu akan belajar di kelas 11 IPA 2 selama satu tahun ke depan," ucap guru wanita itu dengan senyum manisnya yang membuat Aksa merasa nyaman. Ternyata tidak semua orang memandang buruk dirinya yang memiliki kekurangan ini.
"Perhatian! Perhatian!" Guru wanita dengan tag nama Riri Sulistyowati itu memukul papan tulis sebanyak dua kali hingga membuat seluruh murid diam seketika. "Kabar baik untuk kalian semua. Hari ini kelas kalian kedatangan teman baru. Ibu harap ke depannya kalian bisa menjadi kelas yang lebih kompak dan solid mendukung satu sama lain."
"Ayo, silakan masuk, Aksa." Bu Riri memanggil Aksa yang masih berdiri di depan pintu kelas.
Sadar bahwa ia tidak dapat mundur lagi, Aksa melangkah memasuki ruang kelas sembari terus menyemangati dirinya di dalam hati. Tidak boleh mundur, aku sudah sampai di garis ini. Batinnya.
"Anak-anak, ini teman baru kalian. Namanya Darian Aksata. Ibu harap kalian bisa menjadi teman yang baik untuk Aksa, ya."
Sejak kaki beralaskan sepatu hitam itu memasuki ruang kelas, semua mata tertuju kepadanya. Bukan, bukan karena kagum atau terpesona, melainkan merasa aneh dengan ekspresi kaku yang ditampilkan anak baru itu. Kacamata minus, seragam yang dimasukkan ke dalam celana, dan tangan yang terus berpegangan pada tali. Tepat sekali. Dia terlihat seperti seorang cupu.
"Bu, serius dia masuk kelas ini? Salah kali, Bu. Coba cek lagi," ucap murid laki-laki yang duduk di kursi paling belakang.
"Kelas sebelah kali, Bu! Enggak mungkin dia bisa masuk kelas ini!" timpal siswi berpenampilan nyentrik yang sedari tadi terus mengipasi tubuhnya dengan kipas bulu.
"Tidak ada yang salah. Darian Aksata memang ditempatkan di kelas ini," jawab Bu Riri. Setelah itu tatapannya beralih pada siswa dan siswi yang tadi menyahut tidak suka. "Chiko, Sonya, ibu tidak ingin melihat kalian bersikap seperti ini lagi, ya? Jangan membeda-bedakan teman. Bertemanlah dengan siapa saja."
"Dih, males banget temenan sama cupu." Sonya memutar bola matanya malas. Bu Riri yang melihatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] AKSARASSA
Teen Fiction[ TELAH TERBIT | PART MASIH LENGKAP ] "Tuhan memang satu, kita yang tak sama." - A. Darian Aksata "Tolong tanyakan pada Tuhanmu, bolehkah aku yang bukan umat-Nya mencintai hamba-Nya?" - Jasmine Saras Alkaren "Aksa dan Saras hanya ditakdirkan untuk b...