“Jadi, seperti inikah rasanya diperhatikan oleh sosok ibu yang selalu melontarkan makian kepada anaknya? Jika ini hanya mimpi, kumohon jangan bangunkan aku. Aku hanya ingin terus seperti ini bersama bunda kesayanganku.”
— A. Darian Aksata —
•••
BRAK!
PRANG!
Saras menendang semua benda di sekelilingnya dengan emosi yang meledak-ledak. Gadis itu membiarkan dirinya dikuasai oleh amarah agar lebih mudah melampiaskan kekesalannya pada Leo, orang yang ia curigai sebagai pelaku sabotase balapannya tadi.
"Ras, dengerin penjelasan gue dulu. Lo salah paham, bukan gue yang--"
"Apa kata lo?!" potong Saras garang. Perlahan, gadis yang mengenakan kaus putih dibalut dengan jaket kulit hitam itu berjalan mendekati Leo yang saat ini terlihat gemetaran.
Bagaimana Leo tidak gemetar? Dewi MOXIE sedang marah besar sekarang. Lelaki itu tahu, jenis marah Saras yang satu ini adalah pertanda bahwa gadis itu benar-benar marah akan suatu hal yang telah mengganggunya. Namun, Leo tidak mengerti mengapa Saras justru menuduh dirinya sebagai pelaku yang telah menyabotase balapannya tadi. Bukankah Leo baru saja datang ke arena balap karena khawatir akan keamanan gadis itu?
"Gue tau lo khawatir karena tiba-tiba gue mau balapan setelah sekian lama vakum dari dunia malam itu, tapi enggak gini caranya, Le! Dengan lo nyuruh Natan untuk cariin partner yang rela ngalah demi jadiin gue pemenang di balapan tadi itu justru bikin gue keliatan kayak loser!" bentak Saras tepat di depan wajah Leo. Jika saat ini wajah lelaki itu tampak seperti vampir yang pucat pasi, wajah Saras justru merah padam seperti kobaran api yang siap meledak kapan pun. Gadis itu benar-benar benci dianggap sebagai pecundang.
"Ras, lo enggak ngerti. Bukan ini yang sebenarnya terjadi, gue bener-bener--"
"Bener-bener apa, hah?! Lo mau bilang kalau sebenarnya lo enggak sengaja ngelakuin itu? Iya?!" potong Saras cepat. Gadis itu semakin maju dan mempersingkat jarak antara dirinya dengan Leo. "Gue yang paling tau, Le, kalau lo itu benci sama Aksa! Gue tau lo enggak suka liat gue belain cowok culun itu, tapi enggak gini caranya buat gagalin rencana gue untuk bantu dia perbaiki motornya yang rusak karena ulah lo! Asal lo tau, cara lo ini rendahan, Le!"
Leo merapatkan bibirnya. Sebenarnya ia ingin menyela ucapan Saras untuk mengklarifikasi hal yang sebenarnya terjadi. Namun, sepertinya sia-sia saja memberikan penjelasan jika saat ini Saras masih dikuasai oleh amarah. Gadis itu pasti tidak akan mau mendengarkan penjelasannya barang satu kata pun. Jadi, Leo lebih memilih diam dan mendengarkan Saras yang masih melontarkan kalimat-kalimat tuduhan dan makian super pedas untuknya.
"Tadi gue sempet ngedesak Natan untuk jujur. Katanya orang itu nyuruh dia untuk mastiin keadaan gue baik-baik aja di arena balap. Orang itu enggak mau gue cedera sedikit pun. Natan juga bilang, dia disuruh cariin lawan taruhan yang bener-bener amatir supaya gue bisa menang dengan mudah. Oh, ralat. Bahkan, orang itu mau lawan gue nyerah gitu aja supaya gue bisa keluar sebagai pemenangnya," ucap Saras dengan smirk yang diperlihatkannya pada Leo. "See? Siapa lagi kalau bukan lo pelakunya, Dimasta Leo, sahabat sekaligus mantan yang belum move on dari gue setelah tiga tahun lalu putus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] AKSARASSA
Ficção Adolescente[ TELAH TERBIT | PART MASIH LENGKAP ] "Tuhan memang satu, kita yang tak sama." - A. Darian Aksata "Tolong tanyakan pada Tuhanmu, bolehkah aku yang bukan umat-Nya mencintai hamba-Nya?" - Jasmine Saras Alkaren "Aksa dan Saras hanya ditakdirkan untuk b...