“Terkadang penting untuk kita menyadari bahwa realita tidak selamanya seindah ekspektasi. Jadi, aku yang terlalu bodoh mengharapkanmu atau kamu yang terlalu cepat melupakan janjimu sendiri?”
— A. Darian Aksata —
•••
Di dalam kamar bernuansa galaksi, seorang anak laki-laki sedang berbaring di atas tempat tidurnya dengan wajah yang terlihat bingung. Saat ini hati dan pikirannya sedang bertolak belakang dan membuat kepalanya pening. Mana yang harus ia percaya? Perasaan atau logika?
"Emangnya lo mau kalau misal nanti Saras balikan sama Leo?"
Suara itu berputar berulang kali dalam pikirannya. Namun, sialnya suara tersebut tak mampu menembus pertahanan hatinya yang begitu keras. Aksa. Lelaki berkacamata itu bersikeras untuk berpikir positif. Menolak segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada hubungan asmaranya.
Bagaimana ini?
Aksa bimbang antara harus memercayai perasaan atau logika. Di satu sisi, Aksa memercayai Saras sepenuh hati, jadi ia tidak berpikir untuk mencurigai gadisnya telah berselingkuh dengan Leo. Namun, di sisi lain, logikanya terus meneriakkan bahwa ada yang tak beres di balik kedekatan sang kekasih dengan lelaki yang pernah menjadi mantannya itu.
"Percaya sama gue, Ssa. Di balik interaksi mantan, ada hati yang berharap untuk kembali."
Itu adalah kalimat yang keluar dari mulut Gerald tadi pagi, tepat ketika kelas mereka masih sepi dan Aksa mencurahkan kegundahan hatinya pada lelaki itu lewat sticky notes.
Jika dipikir-pikir, Gerald sudah sangat baik pada Aksa karena lelaki itu peduli dengan hubungan asmaranya. Akan terkesan jahat jika Aksa tak memercayai perkataan lelaki itu. Namun, jika Aksa percaya pada dugaan Gerald, sama saja ia menuduh kekasihnya telah berkhianat di belakangnya. Ah, Aksa sangat bimbang antara harus percaya pada ucapan Gerald atau hati kecilnya.
Jangan sepenuhnya percaya pada kata hati karena hati adalah awal dari sebuah pengkhianatan.
Sial.
Sekarang giliran kutipan dari salah satu postingan yang pernah ia baca yang memengaruhinya. Jika terus begini, sepertinya Aksa benar-benar tidak bisa memihak pada pilihan mana pun. Lelaki itu semakin bingung untuk mengambil keputusan.
Kling!
Suara notifikasi pesan yang menyeru nyaring menarik Aksa dari lamunannya. Lelaki itu mengernyit ketika membaca nomor si pengirim yang tak terdaftar di list kontaknya.
0812xxxxxxxx
Sampai kapan mau naif kayak gitu?
Lo sebenarnya tau kalau hati lo cemburu ngeliat Saras sama mantannya, terus kenapa lo enggak ngelakuin apa-apa? Takut kehilangan cewek lo, hah? Oh, let me guess. Yang mau sama lo cuma Saras, 'kan? Makanya lo takut banget kehilangan dia? Am I right, Mr. Aksata?
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] AKSARASSA
Novela Juvenil[ TELAH TERBIT | PART MASIH LENGKAP ] "Tuhan memang satu, kita yang tak sama." - A. Darian Aksata "Tolong tanyakan pada Tuhanmu, bolehkah aku yang bukan umat-Nya mencintai hamba-Nya?" - Jasmine Saras Alkaren "Aksa dan Saras hanya ditakdirkan untuk b...