[ TELAH TERBIT | PART MASIH LENGKAP ]
"Tuhan memang satu, kita yang tak sama."
- A. Darian Aksata
"Tolong tanyakan pada Tuhanmu, bolehkah aku yang bukan umat-Nya mencintai hamba-Nya?"
- Jasmine Saras Alkaren
"Aksa dan Saras hanya ditakdirkan untuk b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Bunda tahu? Takdir Allah itu nyata. Seperti aku yang telah ditakdirkan untuk terlahir dari rahim Bunda, meskipun dengan kecacatan yang ada pada diriku. Allah percaya Bunda adalah wanita yang kuat, yang mampu menghadapi semua masalah dalam hidup Bunda, maka dari itu Allah mengirim aku ke bumi untuk Bunda miliki.”
— A. DarianAksata —
•••
"Terjadi pendarahan pada otak pasien akibat cedera kepala berat yang menyebabkan pasien mengalami koma mendadak."
Kalimat terkutuk itu masih menghantui Tiara. Bahkan, sampai wanita itu pulang ke rumahnya, kalimat tersebut masih saja terlintas dalam pikirannya. Jangan tanyakan betapa shock Tiara saat mendapat kabar bahwa suaminya mengalami koma akibat kecelakaan yang dialaminya kemarin. Daisy saja sampai kewalahan menenangkan sang bunda yang menangis meraung-raung di depan ruang rawat papanya.
Tiara sangat mencintai Darma. Pria yang berstatus sebagai sahabatnya di bangku sekolah menengah atas itu adalah pria paling gentle yang pernah ia kenal. Seseorang yang mengenalkan Tiara pada kata ‘sabar’. Seseorang yang telah menarik Tiara dari lubang kesengsaraan. Juga, seseorang yang telah berbaik hati menambal luka pada hati Tiara tanpa memedulikan lukanya sendiri.
Ya, Darma memang sebaik itu. Dan Tiara telah jatuh cinta pada suaminya hingga tak lagi menemukan pintu keluar. Namun, ada satu kekurangan Darma yang amat disayangkan oleh Tiara. Suaminya itu begitu sabar mendidik Aksa dan menyayangi anak yang notabenenya adalah anak tirinya. Tiara yang berstatus sebagai ibu kandung Aksa saja membenci kehadiran anak itu. Lalu, bagaimana bisa Darma yang sebenarnya menyimpan luka masa lalu terhadap ayah kandung Aksa menerima kehadiran anak itu dengan tulus? Tiara masih tidak habis pikir.
"Mas, aku enggak bisa! Aku mau buang dia! Dia itu aib, Mas!"
"Tiara, dia hanyalah bayi tak berdosa. Dia tidak tahu apa yang diperbuat oleh orang tuanya di masa lalu. Kamu tidak bisa menghakimi seorang anak yang tidak tahu menahu tentang kesalahan orang tuanya. Biar bagaimanapun juga dia adalah darah dagingmu, Tiara."
Masih. Bahkan, Tiara masih ingat dengan jelas percakapannya dengan Darma di depan ruang bersalin, tepat saat Tiara bersikeras ingin membuang bayi yang baru saja dilahirkannya itu. Selain karena membenci ayah kandung si bayi, Tiara juga tidak sudi memiliki seorang anak yang cacat. Wanita itu tidak bisa menerima aib di keluarganya. Fakta bahwa bayinya terlahir dalam keadaan tidak menangis itu cukup membuat Tiara berada dalam sebuah mimpi buruk. Namun, syukurlah Darma berhasil meyakinkan Tiara untuk tidak membuang darah dagingnya sendiri. Pria itu juga bersedia menjadi ayah sambung si bayi dan menamakannya dengan nama yang indah. Ahmad Darian Aksata.
"Bisu! Lo enggak denger, ya?! Gue bilang, Bunda lagi enggak bisa diganggu! Ih, ngeyel banget, sih!"
Suara keributan dari luar kamar membuat fokus Tiara teralih. Wanita itu menghapus air matanya dengan punggung tangan dan berdiri untuk mengecek keadaan di luar kamarnya. "Ada apa ini ribut-ribut di depan kamar Bunda?" tanyanya dengan suara yang terdengar parau akibat menangis.