"Jangan tanyakan seberapa besar perasaanku padamu, cukup Tuhan yang tahu seberapa bosan Ia mendengar namamu dalam doaku."
— Jasmine Saras Alkaren —
•••
"Aksa! Aksa! Aksaaaa!" Tiara berteriak memanggil nama anak sulungnya, tetapi tidak ada sahutan sama sekali. "Ke mana, sih, itu anak?!"
"Aksa ada di kamarnya, sedang mengerjakan tugas. Kamu susuli saja dia daripada harus berteriak-teriak seperti ini." Damar yang sudah rapi dengan setelan jas kerjanya keluar dari bilik. Ia berjalan menuju Tiara yang tampak jengkel menunggu kedatangan Aksa. Dengan lembut Damar mengusap puncak kepala istrinya, lalu tersenyum teduh. "Saya berangkat kerja dulu."
"Iya, Mas. Hati-hati, ya," pesan Tiara yang kemudian mencium tangan sang suami.
"Siap, ibu negara!" ucap Damar sambil terkekeh kecil. "Oh iya, sebaiknya kamu jangan terlalu keras kepada Aksa, dia 'kan darah dagingmu juga, sama seperti Daisy. Lagipula ini hari Minggu. Berikan dia waktu untuk menikmati hari liburnya."
"Mana bisa gitu, Mas! Kamu 'kan tahu kalau pesanan katering kita lagi membludak. Aku enggak mau ngecewain pelanggan setia kita, makanya aku mau nyuruh Aksa buat nganterin pesanannya sekarang. Pokoknya enggak boleh sampe terlambat, nanti ada yang komplain," jelas Tiara.
"Kamu bisa meminta Pak Bambang untuk mengantarkan pesanan itu setelah beliau mengantarku ke kantor," usul Damar.
"Enggak mau, nanti kelamaan, Mas," tolak Tiara.
"Ya sudah, kalau begitu minta Pak Bambang mengantar pesanannya sekarang saja," ucap Damar enteng. Sontak, ucapannya itu membuat sang istri mengernyitkan dahinya.
"Terus kamu berangkat kerjanya gimana?"
Damar kembali mengembangkan senyum teduhnya. "Saya bisa naik taksi atau apa pun itu," ucapnya tenang, seolah-olah tak mau membuat sang istri khawatir akan keselamatannya.
"Enggak, pokoknya enggak! Pak Bambang itu sopir keluarga kita, bukan tukang antar katering! Aku enggak mau nyuruh Pak Bambang ngelakuin pekerjaan yang seharusnya jadi tugas Aksa!" kesal Tiara karena suaminya ini selalu ingin mengalah demi anak tak berguna di keluarga mereka. "Udah, gih, sana Mas Darma berangkat kerja, nanti terlambat lagi."
"Sssttt. Ibu negara satu ini suka sekali marah-marah, ya? Awas, nanti pita suaramu putus karena sering berteriak seperti ini," canda Darma, lalu mengusap puncak kepala Tiara untuk terakhir kalinya. Pria yang masih tampak hot di usianya yang tak lagi muda itu melangkah keluar dengan melambaikan tangannya pada sang istri.
Mas Darma kenapa, ya? Suasana hatinya seperti sedang bahagia betul. Batin Tiara terheran-heran.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] AKSARASSA
Teen Fiction[ TELAH TERBIT | PART MASIH LENGKAP ] "Tuhan memang satu, kita yang tak sama." - A. Darian Aksata "Tolong tanyakan pada Tuhanmu, bolehkah aku yang bukan umat-Nya mencintai hamba-Nya?" - Jasmine Saras Alkaren "Aksa dan Saras hanya ditakdirkan untuk b...