“Mungkinkah aku meminta kisah kita selamanya? Tak terlintas dalam benakku bila hariku tanpamu.”
— Jasmine Saras Alkaren —
•••
Setelah kepergian Leo, Saras jatuh meluruh ke lantai kamar Kalva. Rasa dingin dari lantai kamar yang sudah beberapa hari ini tak dihuni langsung menyergap Saras hingga gadis itu menekuk kedua lutut dan memeluk tubuhnya sendiri. Saras sedang membayangkan bagaimana hangatnya pelukan Kalva saat laki-laki itu masih ada di sisinya.
"Lo enggak seharusnya pergi secepat ini, Kak," lirih Saras dengan tangis yang sudah tak dapat dibendung lagi.
Memori itu ... memori kebersamaan mereka yang tak pernah Saras anggap spesial mulai meracuni pikirannya. Menunjukannya betapa besar rasa sayang sang kakak kepadanya. Jauh di dalam lubuk hatinya, Saras menyesal. Gadis itu sangat menyesal karena sewaktu Kalva masih hidup, ia terus merepotkan lelaki itu dengan tingkah bar-barnya yang tak bisa dikontrol. Alih-alih hidup damai bersama Kalva, Saras justru lebih sering membuat sang kakak marah padanya. Dan, memori itu ... benar-benar membuat Saras menyesal.
"S--Saras ... Sayang ... Sayangnya kakak ...."
Deg.
Tangis Saras terhenti seketika itu juga. Suara Kalva tiba-tiba terdengar jelas di belakangnya. Suara yang membuat Saras merasa seolah-olah sang kakak masih ada di sekelilingnya. Namun, sudah berulang kali Saras mengedarkan pandangan ke penjuru kamar, gadis itu masih belum juga mengetahui dari mana asal suara Kalva.
"Sayang ... kakak ... di sini ...."
Dua kali dalam lima menit, jantung Saras seolah berhenti berdetak. Gadis itu selalu merasakan sakit di ulu hatinya tiap kali suara Kalva terdengar. Entah mengapa Saras seperti bisa merasakan sakit dari suara sang kakak hingga feeling itu membawanya ke sudut kamar. Tempat favorit Kalva untuk bermain gitar dan menghabiskan waktu di kamarnya.
"Ponsel Kak Kalva?" gumam Saras ketika matanya berhasil menemukan ponsel sang kakak di balik jaket yang lelaki itu kenakan untuk terakhir kali. Karena jaket hitam itu tidak ternoda oleh darah, jadi MOXIE tidak menaruhnya ke mesin cuci untuk dicuci karena mereka berpikir Saras akan membutuhkan benda itu jika sedang merindukan sosok Kalva.
“Tanggal lahir lo. Password-nya tanggal lahir lo, Ras. Tolong buka album ‘To Dearest Saras’ di galeri gue dan lo bakalan ngerti semuanya. Maafin gue karena gue belum bisa jadi abang yang baik buat lo.”
— From your beloved Bro,
Kalva Andrean Dinata.Ternyata tak hanya ponsel Kalva yang Saras temukan, tetapi ada juga sticky notes yang terletak di bawah ponsel itu. Sticky notes yang berhasil membuat tangis Saras meledak karena tulisan di dalamnya benar-benar membuat perasaan gadis itu porak-poranda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] AKSARASSA
Novela Juvenil[ TELAH TERBIT | PART MASIH LENGKAP ] "Tuhan memang satu, kita yang tak sama." - A. Darian Aksata "Tolong tanyakan pada Tuhanmu, bolehkah aku yang bukan umat-Nya mencintai hamba-Nya?" - Jasmine Saras Alkaren "Aksa dan Saras hanya ditakdirkan untuk b...