[ TELAH TERBIT | PART MASIH LENGKAP ]
"Tuhan memang satu, kita yang tak sama."
- A. Darian Aksata
"Tolong tanyakan pada Tuhanmu, bolehkah aku yang bukan umat-Nya mencintai hamba-Nya?"
- Jasmine Saras Alkaren
"Aksa dan Saras hanya ditakdirkan untuk b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Semua manusia itu sama di mata Tuhan. Maka, ketika ada orang yang membeda-bedakan antara yang normal dengan yang tidak, dia bukanlah manusia."
— Jasmine Saras Alkaren —
•••
Bel pulang sekolah berbunyi, membuat seluruh murid SMA McKenzie berhamburan keluar dengan bersorak-sorai. Beberapa dari mereka langsung menuju area parkir untuk bergegas pulang, sementara beberapa yang lain menunggu jemputan di depan gerbang. Aksa termasuk murid yang memilih opsi pertama. Ia bergegas menuju area parkir siswa untuk mencari vespa bututnya yang Saras parkir di sekitar sini.
Setelah dua menit mencari-cari vespa bututnya, ternyata yang ia temukan hanyalah printilan-printilan kecil dari motornya yang telah dipreteli. Entah siapa yang melakukannya, tetapi pemandangan di depannya langsung membuat mata Aksa memanas. Motor tua itu adalah peninggalan Kakek Wira. Kendaraan bersejarah yang diwariskan kepada Aksa setelah sang kakek meninggal. Namun, kini kendaraan itu tak ubahnya seperti rongsokan tak berharga.
Aksa berjalan pelan menghampiri printilan-printilan motornya. Ia berjongkok, lalu mengangkat stang motor yang telah terlepas dari body-nya. Bukan cuma itu saja. Bahkan, bensin di dalam tangki minyak pun sepertinya sengaja ditumpahkan oleh si pelaku.
Ya Allah, aku tidak pernah sekalipun mengusik hidup mereka, tetapi mengapa mereka selalu mengusik kehidupanku? Batin Aksa pilu.
"Hahaha! Kasian banget! Motornya mati, ya? Lagian udah tua banget gitu, emang pantes mati, kok!"
Di tengah-tengah rasa sedih, Aksa mendengar seseorang tertawa puas di atas penderitaannya. Ketika menoleh, ia mendapati sosok lelaki bertubuh jangkung dengan wajah kebule-bulean. Lelaki itu adalah orang yang sama dengan lelaki yang sering Aksa lihat bersama Saras di jam istirahat. Aksa sering melihat Saras menghabiskan jam istirahat bersama keempat teman lelakinya, termasuk lelaki yang saat ini menatapnya dengan sorot benci.
"Sorry, ya." Lelaki dengan badge name bertuliskan Dimasta Leo itu berjalan mendekati Aksa, lalu ikut berjongkok di sebelahnya. "Tapi gue enggak sudi vespa butut lo ini diparkir di sebelah ninja gue. Itu cuma bikin motor mahal gue keliatan sama murahannya kayak motor lo!"
"Maaf jika hal itu membuatmu marah, tapi bukan aku yang memarkirkan motorku di sini. Lagipula, jika kamu marah akan hal itu, tidak seharusnya kamu merusak motorku. Kita bisa membicarakan hal ini baik-baik." Aksa menggerakkan tangannya dengan bibir bergetar. Anda saja ia bisa berbicara, ingin sekali rasanya ia memberitahu Leo betapa berharganya vespa tua ini baginya. Namun, sayang sekali yang bisa ia lakukan hanyalah menggerakkan tangan, berbicara dalam bahasa isyarat.