"Bagaimana jika aku juga memiliki perasaan? Aku suka kamu."
— A. Darian Aksata —
•••
"Beneran, Mas?! Akhirnya! Ya udah, pulang sekolah nanti Saras ke sana, ya!" Saras menutup panggilan telepon dengan wajah semringah. Gadis itu senang karena Mas Haikal, montir favoritnya, sudah kembali ke bengkel dan bisa segera memperbaiki motor Aksa yang rusak.
"Enggak sia-sia usaha gue neror Mas Haikal beberapa hari ini," monolog Saras sambil cekikikan mengingat betapa menyebalkannya ia saat meneror Mas Haikal dengan ratusan missed call dari pagi hingga malam. Tak lupa, Saras juga melakukan spam pada kontak WhatsApp Mas Haikal dan meminta pria itu untuk segera memperbaiki motor temannya.
Jam istirahat sudah selesai. Silakan kembali ke kelas masing-masing.
Bel tanda jam istirahat sudah usai berbunyi hingga tiga kali. Setelah kali ketiga, Saras baru beranjak dari tempatnya untuk segera kembali ke kelas. Ah, rasanya ia tidak ingin kembali ke kelas mengingat setelah ini adalah jam pelajaran Biologi. Sebenarnya Saras tidak memiliki masalah dengan pelajaran tersebut, hanya saja guru yang mengajar pelajaran Biologi adalah guru lanjut usia yang jika menerangkan pelajaran, suaranya terdengar seperti sedang berdongeng. Pelan dan mendayu-dayu.
"Ras! Saras!"
Langkah Saras terhenti ketika mendengar ada yang memanggil namanya. Gadis dengan banda merah di seragam kirinya itu menoleh ke belakang dan mendapati ketua kelas XII IPA 2 berdiri di sana. Gallardo Gerald Devano? Mau apa lelaki itu memanggilnya?
"Kenapa, Ger? Tumben lo manggil gue?" tanya Saras to the point.
"Gue udah cari-cari lo sejak tadi, tapi lo enggak ada. Gue cari ke kantin, lo juga enggak ada di gerombolan MOXIE," ucap Gerald sambil mengatur napasnya yang terengah-engah akibat berlari ke beberapa tempat untuk mencari Saras.
"Oh, gue emang lagi enggak sama MOXIE," jawab Saras seadanya.
Jika orang lain yang mendengar jawabannya barusan, Saras pastikan orang itu akan segera bertanya yang macam-macam. Namun, karena ini adalah Gerald, ketua kelas teladan yang memiliki IQ 142, Saras yakin lelaki itu segera paham apa yang terjadi di antara dirinya dan MOXIE. Lagipula, lelaki bertubuh jangkung dengan potongan rambut seperti Hwang Hyunjin di era Miroh itu tidak suka bergosip. Jadi, mengusik privasi seseorang dengan pertanyaan lancang bukanlah pekerjaan Gerald.
"Okay. Hmm, jadi gini, Ras. Gue mau nanya sama lo--eh, lebih tepatnya minta tolong sama lo, sih. Gue denger-denger lo dulu pernah jadi anggota paduan suara di Gereja Katedral, ya?"
Deg.
Jantung Saras tiba-tiba berdegup kencang saat Gerald melontarkan pertanyaan yang cukup sensitif untuknya. Sebenarnya, jika ditelaah lagi, yang Gerald tanyakan hanyalah ... apakah Saras pernah menjadi anggota paduan suara di sebuah gereja atau tidak. Namun, tetap saja saja rasanya sedikit canggung dan aneh saat Saras harus menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan tempat ibadah umat nasrani itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] AKSARASSA
Подростковая литература[ TELAH TERBIT | PART MASIH LENGKAP ] "Tuhan memang satu, kita yang tak sama." - A. Darian Aksata "Tolong tanyakan pada Tuhanmu, bolehkah aku yang bukan umat-Nya mencintai hamba-Nya?" - Jasmine Saras Alkaren "Aksa dan Saras hanya ditakdirkan untuk b...