42 | NOSTALGIA LUKA

1.2K 281 60
                                    

"Enggak ada kakak yang mau ninggalin adiknya sendirian, tapi kalau udah takdir, mau gimana lagi?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Enggak ada kakak yang mau ninggalin adiknya sendirian, tapi kalau udah takdir, mau gimana lagi?"

— Kalva Andrean Dinata —

•••

Aksa mengerutkan dahi ketika mendapati dirinya terdampar di tempat yang tampak begitu asing. Entah tahun berapa ini, ia tidak tahu. Sepanjang mata memandang, Aksa hanya melihat gedung-gedung yang tak terlalu tinggi dan sedikit kuno. Cukup berbeda dengan suasana yang ada pada tahunnya saat ini. Namun, ada satu hal yang membuat hati Aksa tenang, yaitu sosok laki-laki berkaus putih yang terlihat sedang berlari mengejar seorang wanita dengan balutan pakaian rumah sakit. Ekspresi kedua orang itu sama-sama tegang. Membuat Aksa penasaran dan melangkahkan kaki untuk melihat mereka dari jarak dekat.

"Mas, aku enggak bisa! Aku mau buang dia! Dia itu aib, Mas!"

"Tiara, dia hanyalah bayi tak berdosa. Dia tidak tahu apa yang diperbuat oleh orang tuanya di masa lalu. Kamu tidak bisa menghakimi seorang anak yang tidak tahu menahu tentang kesalahan orang tuanya. Biar bagaimanapun juga dia adalah darah dagingmu, Tiara."

Ya, saat ini Aksa tengah menyaksikan perdebatan orang tuanya di masa lalu. Tanpa terasa, bulir bening menetes dari netra legamnya. Bukan tanpa alasan Aksa menangis ketika menyaksikan perdebatan tersebut, sebab ia paham betul apa yang terjadi di depannya saat ini. Aksa tahu siapa bayi yang sedang digendong sang bunda. Aksa yakin seratus persen bahwa bayi itu adalah dirinya.

Ternyata ... Bunda Tiara sudah membenciku sejak dulu. Bahkan, momen yang seharusnya menjadi memori indah bagi para ibu, kini tak ubahnya seperti drama menyedihkan yang mengangkat kisah tentang ibu yang tak menginginkan darah dagingnya sendiri. Batin Aksa pilu.

"A--Aksa ...." Suara lirih itu menyadarkan Aksa dari lamunannya.

Aksa mengangkat kepala, tetapi kemudian ia terkejut karena Damar, ayah tirinya, sudah berdiri tepat di hadapannya. Tiara sudah hilang entah ke mana, padahal satu detik lalu Aksa masih dapat mendengar suara isakan sang bunda.

"Aksa, pulanglah. Memori ini tidak seharusnya kamu hampiri," ucap Damar pelan. Tatapan lurusnya membuat Aksa berpikir bahwa ayah tirinya ini mungkin menyembunyikan sesuatu di balik memori yang saat ini ia singgahi.

"Ayah, memori apa ini? Mengapa aku bisa melihat masa lalu Ayah dan Bunda?" tanya Aksa menggunakan bahasa isyarat.

"Mungkin sudah saatnya untuk kamu mengetahui rahasia besar yang kami sembunyikan selama ini, tentang apa yang membuat Tiara begitu membenci anak kandungnya sendiri. Namun, entah mengapa saya tidak sampai hati jika kamu mengetahui yang sebenarnya."

Ajaib sekali. Aksa terbengong-bengong ketika menyadari bahwa ayah tirinya itu ternyata mengerti apa yang dikatakannya melalui bahasa isyarat.

Melihat raut terkejut Aksa, Damar menepuk pelan bahu sang anak sambil terkekeh kecil. "Kamu terkejut dengan kemampuan saya yang bisa mengerti bahasa isyaratmu?" tanyanya dengan nada jenaka.

[✔] AKSARASSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang