***
Biang onar. Itu adalah julukan yang tepat bagi seorang Anindia Nina Juanis yang biasa di panggil Nina.
Tak pernah seharipun ia absen untuk mengisi catatan kedisiplinan dengan namanya serta pelanggaran yang dilakukannya. Padahal ini adalah hari kesepuluh ia menjadi siswi pindahan. Bahkan ini adalah sekolah ke lima yang ia tempati, setelah empat sekolah sebelumnya sudah mengangkat tangan dan menyerah menghadapai prilaku dan sikap badung Nina.
Sebelumnya Nina adalah siswi homeschooling. Namun sejak ia naik ke kelas 12, ia tiba-tiba ingin bersekolah di skolah umum. Tetapi dibalik keinginannya itu, ia memiliki sebuah alasan kuat yang membuatnya memutuskan dengan matang untuk bersekolah di sekolah umum.
"Nina! Sampai kapan kamu akan seperti ini?" Tanya seorang pria muda yang bernama Juna dengan nada yang terdengar prustasi.
Tetapi gadis yang dibentak itu hanya bersikap santai, tanpa memperdulilan kekesalan pemuda disampingnya.
"Om capek tahu ngurusin kenakalan kamu terus." Sambung pemuda itu karena Nina tidak meresponnya sama sekali.
Dengan malas, Nina melirik kearah Juna yang sedang mengemudikan mobil dengan kesal. "Om bosen ngurusin aku?" Tanyanya acuh, dan sibuk mengunyah permen karet.
Melihat tingkah sang keponakan, Juna menghembuskan nafas pelan untuk menstabilkan emosinya. "Om pengen kamu berubah." Ucapnya dengan nada lembut, tidak seperti tadi. Sambil Mengelus puncak kepala Nina, namun masih tetap focus dengan kemudinya.
Nina tahu dirinya memang salah. Tetapi tidak ada yang tahu juga perasaan yang ia rasakan. "Cuma om yang pengen aku berubah," Balasnya. Lalu mengalihkan pandangannya kearah jendela disampingnya. "Mami, gak!" jedanya "Papi juga gak!"
Juna tahu, apa yang sebenarnya Nina inginkan. Tetapi Juna juga tidak bisa berbuat apapun. "Mereka sayang sama kamu." Sahut Juna, mencoba menghibur sebisanya.
"Kalau mereka sayang sama aku, mereka yang akan ngurusin aku, bukan om." Keluh Nina. "Mereka cuma sayang sama pekerjaannya, bukan sama aku!" Sambungnya.
Nina bukan anak kecil lagi, yang bisa dibohongi dan dihibur dengan kata-kata manis yang berisikan omongkosong belaka, layaknya anak balita. Kalau dulu memang iya, bahkan gadis kecil itu selalu mempercayai ucapan Juna yang selalu menghiburnya dengan kata-kata manis tak berarti. Namun sekarang? Jangan harap. Nina tidak bodoh. Meski ia bersikap bahwa dirinya bodoh.
Meskipun Juna laki-laki keras, tetapi jika melihat dan mendengar keluh kesah sang keponakan, Juna selalu merasa iba. Ia tahu keponakannya itu memang membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya. Namun ia tidak bisa berbuat apapun. Karena kakak perempuannya dan kakak iparnya itu memang lebih banyak diluar. Lebih sering mengurusi bisnisnya daripada mengurusi putri semata wayangnya.
Juna adalah orang kepercayaan keluarga Juanis. Bahkan Juna bisa dikatakan sebagai ayah kedua untuk Nina. Karena setiap ada masalah yang berhubungan dengan Nina, sudah pasti Juna lah yang akan turun tangan mengurusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband (Revisi)
Romance# 5 in Romance - 12 Mei 2018 (Private 76 sampai End) Aku mencintainya sangat mencintainya namun lelaki itu adalah guruku sendiri ~ Nina Entah mengapa, perlahan aku mulai mencintainya. Aku mencintai Istriku yang juga adalah muridku sendiri ~ Reyhan