11

53.1K 2.2K 25
                                    


"Nina." Panggil Juna sembari membuka tirai jendela kamar Nina.

"Hhmm." Gumamnya.

"Bangun udah siang." Juna meperingati karena Nina tak kunjung bangun dan bersiap-siap kesekolah.

"Nina gak sekolah ya om." Ucap Nina pelan tanpa membuka matanya.

"Kamu jangan macam-macam, cepat bangun." Perintah Juna.

"Nina gak enak badan om." Masih memejamkan matanya.

Mendengar penuturan Nina, Juna menempelkan telapak tangannya di dahi Nina.

"Kapan mulai sakitnya?" Tanya Juna khawatir.

"Kemarin." Jawabnya tanpa membuka mata.

"Ya udah, sekarang kita kerumah sakit."

"Gak usah om, Nina istirahat aja palingan nanti sembuh sendiri.

"Gak-gak, dulu kamu juga pernah bilang begitu, tapi malah semakin parah sakitnya." Balas Juna. Ia tidak mau mengambil resiko lagi, dulu Nina pernah sakit dan ia tidak mau dibawa kerumah sakit, dan bukannya sembuh Nina malah tambah parah, sampai-sampai ia harus dioperasi karena penyakitnya infeksi akibat tidak cepat diobati.

"Ayok cepat bangun," Juna membantu membangunkan tubuh Nina. "Sekarang kita kerumah sakit." Putusnya.

Jika Juna sudah kekeh, Nina hanya bisa mengangguk pasrah.

Juna berjalan ke lemari pakaian Nina, mengambil sweater dan memakaikannya ke tubuh Nina.

"Bik Isah." Panggil Juna begitu sampai dilantai bawah.

"Iya tuan." Berlari dari arah dapur. "Non Nina kepana?" tanyanya begitu ia sudah didepan Juna.

"Dia sakit. Cepat siap-siap, temani saya bawa Nina kerumah sakit." Jelas Juna.

Bik Isah menoleh menatap Nina yang sedang di papah oleh Juna "Baik tuan."


**


"Keponakan saya sakit apa dokter?" Tanya Juna begitu dokter selesai memeriksa Nina.

"Jangan khawatir, dia hanya sedikit tertekan dan banyak pikiran." Tutur Dokter.

"Apa penyakitnya serius?"

"Tidak juga, namun tidak bisa disepelekan juga pak."

"Maksudnya?" Tanya Juna karena masih belum paham.

"Usahakan dia jangan terlalu setres dan banyak pikiran." Jeda dokter "Jika sudah fatal, bisa saja berakibat ke jaringan otaknya."

Juna mengusap wajahnya prustasi karena mendengar penuturan dari Doctor.

"Ini resep obat yang harus diminum Nina." Dokter memberikan sebuah kertas.

"Baiklah, terimakasi Dok, kami permisi dulu." Kata Juna berpamitan.

"Iya sama-sama pak." Tersenyum.


**


"Non, makan dulu yuk." Kata Bik Isah yang sudah duduk disamping ranjang Nina dengan nampan nasi.

"Pahit bik." Rengek Nina menolak makanan yang dibawakan Bik Isah.

"Kalau gak makan, terus minum obatnya gimana? Kalau gak minum obat, gak sembuh lo."

Nina hanya menggeleng lemah.

My Teacher My Husband (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang