Buat para readers MTMH.
Menyukai ceritaku adalah hak kalian. Aku gak pernah maksa kalian buat suka atau buat baca cerita yang aku buat. Membaca cerita aku itu pilihan kalian sendiri. Aku hanya minta vote, BUKAN maksa kalian buat ngasi vote. Wajar saja aku minta vote. Aku capek ngetik, capek mikir buat nulis alur. Yaaa ibarat saling menguntungkan gitulah. Kalian bisa baca cerita aku dan aku bisa dapat vote. Gak susah kan buat ngevote doang?? Kalian sanggup buat scroll hp kalian, masak buat klik vote aja gak sanggup?
Kalau cerita aku gaje, gak nyambung, gak bagus. Ya weess gak usah dibaca atuh. Daripada cerita aku bikin kalian kesal, mendingan di abaikan aja. Ngapain mesti dipantengin terus-terusan. Aku nulis cerita cuma buat senang-senang aja, bukan buat nambah-nambahin dosa loh, apalagi kalau kalian kesal bacanya. kalau kalian kesal sama ceritanya berarti author kan dapat dosa.
Cerita ini cerita aku ya bukan cerita kalian. Jadi apapun yang aku tulis dicerita ini terserah aku. Suka-sukanya aku. Ini imajinasi ku. Kalau kalian keberatan dengan apa yang aku buat, monggo deh buat ceritamu sendiri. Jangan racuni ceritaku dengan imajinasimu.
Kalau kalian commen, aku kan juga sering balas komentar kalian. Tapi Aku emng gak balas komentar kalau komentarnya itu (Next, lanjut dan sejenisnya). Sebenarnya aku udah balasin kok, tapi balasinnya dengan cara updatein part berikutnya.
JADI KALAU ADA YANG MERASA KEBERATAN DENGAN KARYA AKU, SILAHKAN ITU HAK KALIAN.
Selemat membaca.
***
Sudah berjam-jam Nina menunggu Reyhan dirumah. Dari sejak Reyhan meninggalkannya di sekolah, ia sama sekali belum melihat keberadaan Reyhan lagi.
"Mana sih." Nina sudah mulai gusar.
Ia terus saja mondar-mandir. Berjalan menuju teras rumah lalu masuk kembali berharap Reyhan cepat pulang. Berkali-kali juga ia menelpon Reyhan namun tidak diangkat sama sekali.
"Non duduk sini atuh. Bibik pusing liat non mondar-mandir dari tadi." Bik Isah yang memperhatikan Nina sejak tadi ikut merasa cemas. Ia ingin membantu, namun tidak tahu harus membantu apa.
"Aduh bik. Kira-kira Reyhan kemana ya." Tanya Nina cemas dan tidak menggubris ucapan bik Isah.
"Mungkin mas Reyhan lagi di rumah orang tuanya mbak." Sahut bik Har.
Nina menatap bik Har. "Apa iya ya?" Balasnya tidak yakin.
"Coba mbak telpon nyonya Yanti." Sarannya.
"Oh ya ya. Kenapa gak kepikiran dari tadi sih bik." Gerutu Nina.
Sesuai saran dari bik Har, Nina kemudian menelpon mama mertuanya.
"Hallo assalamualaikum, ma." Ucap Nina begitu panggilan sudah tersambung.
"Wa'alaikumsalam, sayang."
"Ma..." panggil Nina lirih.
"Loh loh. Kenapa?" Yanti sedikit bingung mendengar nada bicara Nina.
"Apa Reyhan disitu, ma?" Tanya Nina ragu-ragu.
"Reyhan? gak ada sayang." Jedanya sebentar "Memangnya kamu ada masalah sama Reyhan?" tebak Yanti.
"Iya ma. Reyhan marah sama Nina." Terangnya jujur.
"Marah kenapa? Cerita sama mama." Pinta Yanti.
"Dia salah paham."
"Tumben-tumbenan tu anak ngambek-ngambekan terus pakai acara kabur-kaburan kayak gini." Ujar Yanti. Sebenrnya Ia juga sedikit bingung, karena ia jarang melihat Reyhan marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband (Revisi)
Romance# 5 in Romance - 12 Mei 2018 (Private 76 sampai End) Aku mencintainya sangat mencintainya namun lelaki itu adalah guruku sendiri ~ Nina Entah mengapa, perlahan aku mulai mencintainya. Aku mencintai Istriku yang juga adalah muridku sendiri ~ Reyhan