75 (+)

59.7K 1.8K 187
                                    

Hai muncul lagi 😊

Ada yang kangen sama MTMH gak?

Oh iya, terimakasih ya atas ucapan dan do'anya.
Maaf gak sempat balasin 😔

Minta vote 1000 lagi ya.

Maaf jika part ini gak sesuai harapan.

Selamat membaca.

***

Malam ini acara pensi digelar. Setelah sebelumnya mengalami penundaan akibat kecelakaan yang Reyhan alami beberapa waktu lalu.

"Nina...kamu jarang datang untuk latihan, apa malam ini kamu siap menampilkan penampilan terbaik kamu?" Tanya sang pelatih.

Sejujurnya untuk menjawab 'siap' Nina sedikit ragu. Mengingat memang benar ia tidak pernah berlatih lagi semenjak peristiwa yang dialami suami tampannya itu. Namun ia juga tidak ingin membuat masalah di acara besar sekolahnya tersebut. "Saya siap, mas." Jawab Nina ragu-ragu tapi dengan nada meyakinkan. Mencoba menjanjikan yang terbaik untuk partisipasinya.

Nina tidak boleh kalah dengan rasa tidak percaya dirinya. Meskipun ada keraguan, ia harus tetap menunjukkan penampilannya dengan sempurna.

"Bagus. Kamu jangan mengecewakan saya." Pesan sang pelatih. Berharap Nina benar-benar tidak mengecewakannya. "Kalau begitu nanti jam satu siang, kamu dan Dava tunjukkan performa latihan terakhir kalian sebagus dan sesempurna mungkin." Pintanya seakan menuntut.

"Iya, mas." Balas Nina.

**

Sejak tadi Nina menatap Reyhan yang tengah berkutat dengan khusuknya didepan layar leptop miliknya. Tanpa ada interaksi di antara keduanya.

Nina yang merasa terabaikan lantas geram. Bagaimana tidak, sejak tadi Reyhan seakan tidak menganggap keberadaannya. Padahal sebelumnya Reyhan lah yang meminta Nina untuk datang keruangannya.

Nina mendengus kasar dan lantang. Biarkan saja Reyhan mendengarnya. Agar pemuda itu tahu bahwa Nina sedang dilanda kekesalan saat ini.

Namun sepertinya percuma saja. Pemuda itu tetap mengabaikannya dan tetap fokus dengan pekerjaannya.

"Sayang, aku lapar." Rajuk Nina. Memecah kesunyian, guna untuk menarik perhatian Reyhan.

Tetapi sial...

Laki-laki itu benar-benar tidak menanggapi keberadaan Nina.

"Sayang, bayi kita lapar." Kali ini Nina tidak merajuk manja, melainkan menuntut sebuah perhatian dengan paksa.

Tanpa mengalihkan mata dari laptop, Reyhan menyahuti dengan santainya. "Makanan ada di kulkas, sayang." Ucapnya enteng.

Dan tentu saja itu menjadikan sebuah kekesalan bagi Nina, karena bukan respon seperti itu yang ia inginkan.

Keacuhan yang Reyhan tunjukkan sontak membuat Nina bangkit dari duduknya dan melangkah menghampirinya.

"Anin!" Seru Reyhan begitu Nina menutup laptop sialan tersebut.

Lihat saja. Dengan cara itu kini Reyhan menatapnya.

Tidak menghiraukan seruan memperingati sang suami, Nina malah duduk di pangkuan Reyhan. "Lebih penting mana, aku atau laptop sialan itu?" Tanya Nina dengan suara yang benar-benar menggoda ditelinga Reyhan.

"Gak usah genit." Balas Reyhan acuh. Ia tidak ingin termakan bujuk rayu gadis dipangkuannya itu.

Nina cemberut sekilas. Kemudian mengalungkan tangannya ke leher Reyhan dan menenggelamkan wajahnya di leher Reyhan juga.

My Teacher My Husband (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang