Selamat malam.
Maaf udah buat nunggu lama 😊
Sesuai janji aku kemarin, malam ini aku akan update.
Oh ya, hari ini aku ulang tahun loh 😆 gak ada gitu yang mau ngucapin?? (Wkwkwk malah minta 😅)
Satu lagi. Aku mau ngucapin selamat ulang tahun juga buat seorang laki-laki yang saat ini belum bisa aku raih. "Selamat ulang tahun aa' T. Semoga s2-nya cepat selesai. Semua doa terbaik untuk mu. I always love you 😙."
Maaf jika part ini gak sesuai harapan.
Selamat membaca.
***
Sepulang dari pemeriksaan kandungan serta jalan-jalan bersama sang mertua, Nina langsung mendekam di dalam kamar mandi.
"Sayang buka pintunya!" Pinta Reyhan dengan teriakan keras dan terdengar panik disaat Nina sama sekali tak membukakannya pintu.
Bagaimana pemuda itu tidak panik, pasalnya kurang lebih sudah lima menit Reyhan mengetuk pintu namun tak kunjung dibukakan.
"Sebentar, Rey." Sahut Nina pelan, yang hanya didengar samar-samar oleh Reyhan. Karena sepertinya Nina terlalu kelelahan setelah memuntahkan semua isi perutnya.
"Anin, buka dong." Sekali lagi Reyhan masih berusaha meminta. Berharap kali ini Nina akan membuka pintunya.
Akibat kasihan mendengar permintaan Reyhan yang tak henti-hentinya, Nina pun pada akhirnya memutuskan untuk membuka pintu.
Dan begitu pintu terbuka, Reyhan dengan cepat memapah tubuh lemas Nina. "Kamu gak papa?" Tanyanya penuh kekhawatiran, setelah melihat kondisi istrinya saat ini.
Tetapi Nina tidak membalas. Ia hanya diam sembari bersandar didada laki-laki itu.
Tidak berpindah dari ambang pintu kamar mandi, Reyhan malah menatap Nina. "Sakitnya dimana?" Reyhan kembali melayangkan pertanyaan meski sepertinya Nina enggan untuk membalas. Bahkan saat ini Reyhan meraba tubuhnya, seolah sedang sibuk mencari letak kesakitan Nina.
Nina yang merasa risih dan sedikit terganggu dengan kekhawatiran yang Reyhan tunjukkan, lantas menggeleng cepat. "Rey, bantuin ke kasur." Pintanya.
Tak ingin berlama-lama membuat Nina berdiri, Reyhan memutuskan untuk membopong tubuh Nina yang terlihat benar-benar tak bertenaga.
"Kamu istirahat, ya." Ucap Reyhan, begitu tubuh mungil itu telah ia baringkan dengan nyaman.
Bagi Reyhan, melihat kondisi Nina yang seperti itu membuatnya ikut terluka. Apalagi saat ini ditambah wajah segar Nina yang biasanya terlihat pink kini berubah pucat.
"Maaf, ya." Ucap Reyhan dengan lembut. Mungkin hanya kata itu yang mampu ia ucapkan ketika perasaan bersalah mengerogotinya, karena telah membuat Nina menderita akibat sedang mengandung anaknya.
Nina yang memahami maksud dari permintaan maaf pemuda itu, hanya bisa diam. Untuk saat ini ia benar-benar lelah jika harus mengeluarkan suara. Namun disisi lain ia tidak ingin Reyhan merasa terabaikan atas kebungkamannya.
Dengan sedikit bertenaga Nina menggerakkan tangannya dan menarik tangan Reyhan untuk ia letakkan di bawah pipinya. 'Nyaman.' Kata itu hanya bisa Nina ucapkan dalam hati.
Seakan merasakan apa yang Nina rasakan, Reyhan perlahan mengecup mata sembab Nina. Berharap dengan begitu Nina bisa memahami jika Reyhan tidak ingin ia mengeluarkan air mata lagi.
Dari kecupan dikedua matanya, selanjutnya ciuman Reyhan bergerak naik. Pemuda itu mengecup keningnya. Kecupan yang selalu ia lakukan untuk menenangkan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband (Revisi)
Romance# 5 in Romance - 12 Mei 2018 (Private 76 sampai End) Aku mencintainya sangat mencintainya namun lelaki itu adalah guruku sendiri ~ Nina Entah mengapa, perlahan aku mulai mencintainya. Aku mencintai Istriku yang juga adalah muridku sendiri ~ Reyhan