7

53.4K 2.3K 38
                                    

"ANINDIA NINA JUANIS." Teriak seseorang dari arah belakang Nina.

Mendengar mananya dipanggil, Nina sontak terkejut dan langsung menoleh kesumber suara.

"Pak Reyhan?" gumamnya.

Ya, Reyhan lah yang datang menghampiri Nina. Ketika ia berniat untuk keluar dari sekolah mencari udara segar, dari bawah ia melihat seseorang sedang duduk rooftop. Ia kembali menutup pintu mobilnya dan berlari ke atas. Ia khawatir jika nanti siswanya nekat untuk bunuh diri. Tiba-tiba pikirannya tertuju pada Nina, ia mengingat perkataan terakhir Nina di telpon dengan orang tuanya. Ia semakin mempercepat langkahnya, sibuk berfikir jika Nina akan nekat bunuh diri.

"Anindia, ini bisa dibicarakan baik-baik nak." Perlahan-lahan mendekati Nina.

Nina mengerutkan kening bingun dengan perkataan Reyhan. Ia berdiri namun semakin membuat Reyhan panic.

"Anindia jangan nekad nak, cerita sama bapak." Mencoba menghaluskan

"Maksud bapak apa?" melompat turun dari tembok pembatas.

Reyhan langsung berlari dan menangkap tubuh Nina yang melompat turun dari pembatas atap. Ia memeluk Nina mencoba menenangkannya.

"Masa depan kamu masih panjang, kamu gak harus mengakhiri hidup kamu kayak gitu." Ceramahnya mengusap kepala Nina.

Mendengar perkataan Reyhan, Nina menjadi paham. Ia tersenyum geli melihat kekhawatiran gurunya itu.

"Sekarang katakan, mau kamu apa?" mengurai pelukannya.

"Saya mau bapak ngajarin saya les matematika." Memasang wajah sok sendunya.

Reyhan menghela nafasnya "Baiklah." Pasrah agar Nina tidak bunuh diri.

'Yess! Akhirnya dia mau ngelesin gue.' Teriak Nina dalam hati.

"Kalau gitu sekarang kamu balik kekelas." Perintah Reyhan.

"Pak, tapi saya disekors." Memperingati.

"Sekorsing kamu dimulai besok, bukan sekarang, jadi sekarang kamu balik kekelas." Tegas Reyhan.

Nina mendengus "Iya pak." Berjalan malas.

Reyhan mengikuti Nina dari belakang, takut nanti Nina berubah pikiran dan berniat bunuh diri lagi. Itu yang ada di dalam kepala Reyhan, padahal Nina tidak pernah berfikir seperti itu.


**


Nina kembali kekelas. Dikelasnya tidak ada guru, jadi siswa bebas ribut.

"Nina." Teriak Amel ketika melihat Nina masuk kelas.

Ia duduk, dan menatap Amel dan cika.

"Nin,lo baik-baik aja kan?" Tanya Cika khawatir.

"Gue baik-baik aja kok."

"Tapi tadi gue liat muka lo smpat dipukul Nin."

"Cuma dikit Cik, paling memar dikit doang." Jedanya "Eh Dava mana?"

"Gak tau. Tadi Dava sempat buat perhitungan sama Andi n dua curutnya itu."

"Serius lo?"

"Iya Nin." Kata Amel meyakinkan..

"Eh tu Dia." Ujar Cika ketika melihat Dava .

Dava duduk disebelah Nina "Lo baik-baik aja kan?" tanyanya.

"Gue Fine Dav."

"Bagus deh." Mengusap pelan puncak kepala Nina.

"Terus lo dihukum apa Nin?" Tanya Amel.

My Teacher My Husband (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang