24

41.6K 1.7K 20
                                    

Selamat malam..

Terimakasi sudah bersedia menunggu.  

Aku minta VOTE-nya yang banyak yaa.

Selamat membaca.


***

"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya seseorang yang sedang berdiri didepan Nina.

"Aku...aku hanya ingin jalan-jalan."

"Lalu kenapa kamu tidak jalan? Malah duduk disini."

"Anu, itu....aku lelah."

"Kalau lelah, mari kita pulang." Menarik tangan Nina.

"Reyhan tunggu." Ucap Nina begitu Reyhan menarik tangannya.

"Apa?"

"Aku bisa jalan sendiri." Nina mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Reyhan.

Melihat tingkah Nina yang sedikit berubah, Reyhan mengernyit bingung, namun tetap ia melepaskan tangan Nina.

Nina melangkah mendahului Reyhan yang sedang kebingungan. Ia masuk kedalam mobil begitupun juga dengan Reyhan.

Hening. Satu kata itu yang tergambar didalam mobil. Sepatah katapun tidak ada yang keluar dari bibir keduanya. Mereka seakan dua orang bisu yang berada disatu tempat namun pikiran mereka berada ditempat yang berbeda.

Keheningan itu berlangsung sampai mereka tiba didalam rumah.

Begitu tiba di rumah, Nina langsung bergegas menaiki tangga. Ia rasanya enggan untuk berhadapan dengan Reyhan.

"Anin tunggu." Reyhan yang melihat Nina menaiki anak tangga langsung memanggilnya. "Makan malam dulu baru tidur." Perintahnya.

"Aku tidak lapar." Nina tetap melangkah menaiki anak tangga satu persatu tanpa menoleh kearah Reyhan.

Tepat ketika Nina akan membuka pintu kamarnya, Reyhan menarik bahunya dan langsung membalik tubuh Nina agar menghadapnya.

"Ada apa? Bicaralah." Reyhan ternyata peka dengan bungkamnya Nina.

"Aku ngantuk." Jawabnya asal dan tanpa menatap mata Reyhan.

"Anindia lihat aku."

Bukannya mengikuti permintaan Reyhan, Nina malah mencoba melepaskan diri dari Reyhan.

"Anindia!" bentak Reyhan.

Mendengar bentakan Reyhan, Nina diam lalu ia menatap Reyhan tajam "Apa kamu mencintaiku?" Tanya Nina.

"Anindia." Reyhan lagi-lagi hanya memanggil namanya, mencoba memperingatinya.

Nina tersenyum masam "Pasti jawabannya tidak." Ia menyimpulkan sendiri, karena memang Reyhan sama sekali tidak mencintainya.

Nina mencoba menarik nafasnya yang terasa sangat berat "Apa bapak mau menceraikan ku?"

Mendengar kata cerai yang diucapkan Nina, Reyhan sedikit terkejut "Tidurlah, sepertinya kau lelah, kita akan makan besok pagi saja." Ucap Reyhan lalu melangkah pergi meninggalkan Nina.

"Tidak bisakah kamu mencintaiku?" gumam Nina setelah Reyhan sudah tidak terlihat. "Akankan suatu saat kamu bisa mencintaiku? Jika ia, aku akan tetap menunggu hari itu. Hari dimana kamu berjalan kearahku, hari dimana kamu memelukku erat, hari dimana hanya ada aku, dan hari dimana kebahagiaan kita bisa bersatu." Perlahan air mata yang sejak tadi enggan untuk keluar akhirnya mengalir juga.

Malam ini ia menangis dalam diamnya. Menangisi kebahagiaan yang tak pernah bisa ia raih. Menangisi takdir yang tak pernah berpihak kepadanya. Menangisi takdir yang selalu mempermainkannya.

My Teacher My Husband (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang