***
"Nina Juanis!" Suara Juna menggelegar begitu Nina baru saja menginjakkan kaki diruang tengah rumahnya.
Ternyata sejak tadi Juna sudah duduk manis dengan wajah garang menunggunya datang.
Nina memincingkan matanya ketika melihat Juna sedang duduk bersedekap tangan di sofa dengan setelan pakaian formalnya.
"Kamu telat 10 menit Nina." Sambung Juna dengan nada sedikit diperkecil namun masih terdengar tegas.
Nina berdecak malas, karena mendapat omelan dari Juna merupakan hal biasa baginya. "Cuma 10 menit, om." Sahutnya acuh.
"10 menit kamu bilang Cuma?" Protes Juna, yang tidak menyukai sahutan Nina yang terkesan menyepelekan.
Bukannya menjawab pertanyaan Juna, Nina hanya mengangguk pelan sambil melebarkan senyumannya. Senyuman tanpa dosa yang selalu membuat Juna menggeleng lelah.
Perlahan Juna memijit pelipisnya "Kemarin kamu janji apa om?" Tanya pemuda itu sambil mencoba menenangkan kekesalannya.
Tetapi sepertinya usaha Juna percuma saja, karena meskipun ia berbicara dengan nada lembut Nina tetap saja bersikap selengean. "Janji apa ya?" Tanya Nina solah-olah sedang sibuk berfikir.
Kini laki-laki itu hanya mampu menghela nafas gusar. "Stres om lama-lama ngurusin kamu." Ujarnya mulai menyerah.
Mendengar ucapan Juna, sejujurnya Nina merasa kasihan. Namun apa boleh buat. "Kalau gitu, suruh aja mami sama papi yang ngurusin aku." Balas Nina dengan suara sedikit berat, tetapi tetap terdengar acuh.
Jika sudah menyangkut tentang kakak dan kakak iparnya, Juna tidak bisa lagi berkata apa-apa. Karena ia tahu betul tingkah keponakannya yang bandel itu hanya untuk membuat orang tuanya perduli padanya.
"Nina...kamu tau kenapa om sampai sekarang belum nikah-nikah?" Tanya Juna dengan nada yang berbeda dari sebelumnya.
Pertanyaan Juna membuat Nina menundukkan kepalanya. "Karena aku," jedanya menarik nafas "Karena aku bandel om."
Mengetahui ada rasa menyesal yang ditunjukkan sang keponakan, membuat Juna menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan pelan. "Memang karena kamu, tapi bukan karena kamu bandel," Sanggahnya "Tapi karena om pingin fokus ngurus kamu."
Nina mendongak menatap Juna. Melangkah menghampirinya. Kemudian duduk disampingnya sambil memeluknya. "Maafin Nina ya, om," Ucap Nina dengan suara sendu "Cuma om yang sayang sama Nina."
Hanya dengan kata itu, seketika bisa membuat Juna merasa sedih. Juna Perlahan menggerakkan tangannya untuk mengelus lembut kepala Nina, mencoba mengusir kesedihan yang ada dihati sang keponakan.
Jika mengingat apa yang selama ini terjadi, memang benar dari dulu Juna lah yang mengurus Nina. Mengurus keperluan Nina. Walau kadang dibantu oleh asisten rumah tangganya (ART) dan juga orang tuanya yang seminggu sekali berkunjung melihat cucu perempuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband (Revisi)
Romance# 5 in Romance - 12 Mei 2018 (Private 76 sampai End) Aku mencintainya sangat mencintainya namun lelaki itu adalah guruku sendiri ~ Nina Entah mengapa, perlahan aku mulai mencintainya. Aku mencintai Istriku yang juga adalah muridku sendiri ~ Reyhan