45

50.4K 2.1K 44
                                    

Ada yang masih nungguin 😄

MTMH update lagi, setelah Thor ketik dan revisi beberapa kali dan baca-baca karya orang lain yang lebih senior 😆

Thor udah berusaha semaksimal mungkin loh, sampai-sampai dari tadi uring-uringan buat revisinya. Kalau masih kurang berkenan di hati para readers, thor minta maaf lagi deh. Mungkin kemampuan thor hanya sampai disitu 😔

Selamat membaca.

***

Hari ini Nina kembali masuk sekolah seperti biasanya. Dan akibat kemarin ia tidak masuk sekolah, Cika dan Amel terus-menerut mengintrogasinya. Apalagi ketika mereka melihat luka yang ada ditangannya. Nina bahkan bosan mendengar pertanyaan Cika yang sejak tadi selalu ia lontarkan 'Nin apa gak sakit?'.

Bisa dibilang Nina merasa senang jika ada yang perduli padanya seperti itu. Namun ia gereget jika kekhawatiran yang ditunjukkan Cika sangat berlebihan.

"Cik udah deh. Lo jangan bawel gitu." Ujar Amel mengomeli.

Ternyata bukan hanya Nina saja yang greget dengan sikap Cika, tetapi Amel juga. Pasalnya sejak Nina muncul dikelas mereka, Cika tak henti-hentinya mengoceh seolah sedang memarahi anaknya yang terluka.

Cika mengerucutkan bibir ketika Amel mulai mengomelinya. Ia bukannya bawel. Namun ia hanya khawatir dengan luka yang diderita Nina.

"Cika, gue gak papa." Sekali lagi Nina menegaskan akan kekhawatiran sahabatnya itu. Kekhawatiran yang benar-benar tulus ditunjukkan seorang sahabat kepada sahabatnya.

"Iya iya. Gue gak bawel lagi deh." Cika membalas dengan raut wajah tidak ihlasnya.

Namun berbeda dengan Nina dan Amel. Karena dengan ekspresi wajah yang kini ditunjukkan Cika sontak membuat Nina dan Amel tertawa gemas.

Cika cemberut. "Ketawa aja terus." Ketusnya menyindir.

Bukannya merasa tersindir, Nina dan Amel malah tidak menghentikan tawanya.

Dari mereka bertiga, Cikalah yang sedikit bisa menghibur. Karena sifat lemotnya, ceplas ceplosnya dan lugunya. Tidak heran jika Amel dan Nina kadang kala merasa geram dengan sifat yang dimiliki Cika. Namun dibalik itu semua, Cikalah yang paling bisa menunjukkan dengan jelas kepeduliannya kepada mereka berdua.

Ditengah keasyikan mereka bertiga mengobrol, tiba-tiba salah seorang teman kelas mereka menghampiri.

"Nin, lo yang sabar ya." Ujar Intan (temannya).

Nina yang mendengar itu mengernyit bingung. Sabar untuk apa? Memangnya Nina sedang berduka?

Nina mendongak untuk menatap pemilik suara "Untuk?" Tanyanya simple.

"Untuk hubungan lo sama Dava." Sambung Intan.

Nina masih belum paham. Ia mencoba berfikir dan mencerna apa yang sabenarnya ingin disampaikan Intan. Perlahan ia melirik Cika dan Amel bergantian. Mencoba menemukan penjelasan dari keduanya.

Nina menggerakkan sebelah alisnya seolah sedang bertanya 'Kenapa'? kepada kedua sahabatnya itu.

Cika dan Amel lantas dengan cepat mengendikkan bahu begitu otaknya mencerna kode yang diberikan Nina.

Karena tidak mendapat yawaban dari keduanya, Nina kembali menatap Intan "Maksudnya apa? Gue gak ngerti."

"Lo gak tahu? Astaga Nina. Jangan bilang Dava nyembunyiin ini dari lo." Lagi-lagi Nina dibuat bertambah bingung.

Kenapa tidak langsung keintinya saja. Kenapa mesti main tebak-tebakan seperti itu. Nina mendengus. Lalu berdiri untuk mensejajarkan pandangannya dengan mata yang kini membuatnya penasaran.

My Teacher My Husband (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang