"WOiiii!" teriak seseorang dari belakang karena melihat Nina tidak menoleh kearahnya.
Nina perlahan membalikkan badannya "Dava." Histeris Nina.
"Santai oi." Geli melihat ekspresi Nina.
"Antarin gue pulang ya." Memasang muka baby pacenya.
"Ya udah cepat naik."
Tanpa berfikir lagi, Nina langsung naik dan mengeratkan tangannya di pinggang Dava.
"Oiii santai, gue sesak." Keluh Dava menepuk-nepuk tangan Nina yang melingkar erat di perutnya.
"Nanti gue jatuh." Ucap Nina tidak ingin melepas pelukannya. Karena ini kali kedua ia naik motor setelah sebelumnya ia pernah naik motor dengan temannya ketika bolos. Kemudia temannya itu melakukan atraksi dengan motornya dan sukses membuat Nina histeris bahkan langsung jatuh sakit.
"Nin sumpah gue sesak, longgarin sedikit napa."keluh Dava.
Nina melonggarkan sedikit pelukannya "Udah?" tanyanya.
"Iya." Ketus Dava kemudian melajukan motornya.
**
Malam harinya di rumah keluarga Juanis.
Sudah biasa suasana hening seperti itu, karena yang tinggal dirumah besar itu hanya Nina, 5 ART, 2 Security dan juga Juna. Juna sibuk dengan pekerjaannya jadi ia kadang pulang malam, kadang kurang pulang sore.
Nina terkadang bermain dengan 5 ARTnya yang dari dulu mengasuhnya, kadang juga ia menyendiri di kamarnya. Ia tidak punya banyak teman, karena sejak kecil ia homeschooling.
Dan disinilah ia. Dikamarnya, menyendiri dengan TV yang slalu stand by menemaninya, meskipun ia tidak menontonnya.
"Nina." Teriak Juna dari luar sambil mengetuk pintu.
Nina berlajan mendekati pintu dan membukakan pintu.
"Nina marah sama om." Ketusnya berjalan keatas ranjangnya.
"Maafin om." Bujuk Juna mengekori Nina.
"Untuk aku gak diculik." Omelnya.
Juna tertawa "Siapa juga yang mau culik anak bioang onar kayak kamu." Ledek Juna.
"Pokoknya aku ngambek sama om." Menutup semua badannya dengan selimut.
"Iya iya, om salah." Menepuk kepala Nina. "tadi ada sidang dadakan." Jelasnya.
"Om sama aja kayak mami papi," jedanya "Lebih mentingin kerjaan daripada aku." Perlahan air matanya mengalir dibalik selimutnya.
Juna yang sudah hafal dengan sifat keponakannya itu tau, jika Nina sudah kesal dan tiba-tiba berkata seperti itu, berarti keponakannya itu sedang menangis. Ia menarik turun selimut yang menutupi tubuh Nina.
Juna melihat genangan air mata di mata keponakan satu-satunya itu. Ia mengusapnya lalu mencium kepala Nina.
"Maafin om ya." Pinta Juna.
Nina membuka matanya dan melihat sendu omnya. Ia melingkarkan tangannya kepinggang Juna "Cuma om yang Nina punya." Ucapnya lirih.
Juna mengelus puncak kepala Nina "sekarang kamu istirahat ya, gak usah sedih lagi."
Nina mengangguk pelan dipelukan Juna.
Juna membenarkan selimut Nina, mematikan TV, dan Mematikan lampu dan melangkah keluar meninggalkan Nina. Ia menutup pintu dan menyandarkan badannya di pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher My Husband (Revisi)
Romansa# 5 in Romance - 12 Mei 2018 (Private 76 sampai End) Aku mencintainya sangat mencintainya namun lelaki itu adalah guruku sendiri ~ Nina Entah mengapa, perlahan aku mulai mencintainya. Aku mencintai Istriku yang juga adalah muridku sendiri ~ Reyhan